Welcome
Welcome to Cross-written
Posted on 12.52

Faking Relationship

Filed Under () By Jed Revolutia di 12.52

I guess everybody in this planet has at least once in their lifetime faked a relationship. This happens when someone brags about the relationship they never had. The motives ranged from the desire to look impressive to the intention to fool other people. I, myself, sometimes fake a relationship with a woman in front of a colleague in order to impress him/her. Perhaps, you have also met someone who acted as though he had been closely associated with someone, while the truth would say the opposite.

There is a bigger tragedy in this case: a lot of people fake their relationship with God. Just ask yourself these questions: How many people that you met talked about how spiritual they are while actually they are not? How many people that you know believe to be having God as their buddy, while actually they do not even know how to pray? How may people that you have encountered consider themselves as knowing God intimately, while actually they do not know the will of God at all? I bet you will agree with me now.

I also ask myself this question: Am I faking the relationship with God? Perhaps, when I speak in the name of God, God is actually asking me to shut up because I speak out of foolishness. To be honest, I do not know the answer. I do really wish to have a relationship with God.

I believe some people are addicted to `Spiritual Masturbation`. To masturbate means an action that somebody does in order to get sexual pleasures by having sex with him/herself. Masturbation is done without any authentic relationship, while intercourse is done with an authentic partner. That’s why some people are addicted to spiritual masturbation because they are getting spiritual pleasures by having imaginary relationship with God. In short, they are faking the authentic relationship with God. They believe that they know God, while God does not even know them at all.

My deepest desire in my lifetime is to know God. Pastor David Wilkerson once wrote about a person that has made jealous and zealous at the same time. This person is not faking a relationship with God. He is definitely intimate with God. Here’s the excerpt:

During one meeting in Russia, I talked with a pastor who had been imprisoned for eighteen years. This man’s face visibly shines with Christ. Today, he oversees 1,200 churches in Russia. Yet he endured incredible hardships while in prison. `Jesus was real to me,` he testified, `more real than I have ever known in my lifetime.`

Because of his Christ-like character, the minister was respected by everyone in the prison, including hardened inmates and spiteful guards. Then one day, the Holy Spirit whispered to the pastor, `You are going to be released from here in three days.` And he told the minister to testify about it.

The pastor immediately sent word to his wife and congregation about the Holy Ghost`s revelation. Then he began telling his fellow prisoners what God had told him. They laughed him to scorn, saying, `Nobody has ever been released from this place.` The guards also mocked him, taunting, `You will die here, preacher.`

When the third day arrived, and the evening sky grew dark, a guard looked in on the pastor and shook his head. `Some God you have got,` he sneered.

Then, just after 11 p.m., the loudspeaker came on. A voice called the pastor’s name. `Come to the office immediately,` it announced. `You have been released.`

All the prisoners and guards were stunned. As the pastor walked by, he told each of them good-bye and wished them well. Finally, as he passed through the prison gate, he saw his wife waiting for him with flowers. As the pastor embraced her, he turned to look back at the prison where he had spent eighteen years. His fellow prisoners were all standing at the windows. And they were yelling at the top of their lungs, `There is God! There is God! There is God!`


Well, do you want to join me to pursue that kind of relationship with God?

Posted on 23.01

Lessons from the plant

Filed Under () By dung2x di 23.01

I don't have a green thumb. A black thumb maybe, but definitely not green, not even yellow. Hahaha.... Alasannya? Sudah banyak tanaman yang menjadi 'korban', mati pas aku pelihara. Ada yg udah ditanamin ama temen selama 3 bulan, buat hadiah ultahku sampe berbunga gitu, trus aku pelihara, sebulan kemudian koit kelupaan disiram. Ada yang salah tanem terlalu dalem, mestinya 1/8 inch kukira 8 inch -_-" Jelas ga tumbuh bijinya, terkubur! Dan macem2 lagi cerita 'pembantaian' tanaman di tanganku.

Meski begitu, aku masi aja ga kapok2 untuk pelihara tanaman. Biasanya, beberapa bulan abis 'membunuh' tanamanku, akan muncul lagi keinginan untuk nanam something else, walaupun udah berkali2 janji wes ga mau tanam lagiii...

So anyway, kira-kira 3 bulan yang lalu, muncullah kembali desire-ku untuk bercocok tanam lagi. Being the impulsive person I am, akhirnya beli satu pot kecil tanaman (liat photo di samping, ga tau namanya ampe sekarang, rada dodol jg sih...) which looks to be an easy-maintenance-plant. Tp berhubung saya suka 'sibuk' (baca: lupa), tanamanku cuma minum kira2 seminggu sekali-dua kali gitu. Akhirnya daun2nya mulai rontok satu persatu sampe tinggal 2 batang doang yg tersisa berdiri di pot itu, completely daun-less!

Temen di kantor bilang katanya serbuk teh itu bisa buat pupuk. So, aku ambil 1 tea-bag dr kantor, aku tuang isinya ke pot ini, berharap bakal membantu untuk tumbuh kembali. Besoknya aku liat... ehh dahannya malah makin loyo... dan beberapa hari kemudian jadi kering dan layu!! Hopeless dah, aku dah lost interest, kayaknya gagal lagi ini. Tinggal tunggu masa2 pembuangan aja. Aku taroh di balcony, trus kelupaan for 1-2 weeks. Aku ga siramin or do anything.

Trus last week I went on holiday to HK. Again, liat tanaman2 cute, pingin pelihara lagi. (Sadis ya diriku?). Akhirnya beli pot mini tanem lavender dr biji gitu. Aku dah mikir, ini tar kalo sukses, kalo sampe gede, aku pindahin ke pot taneman yg mati itu aja. Lumayan ga perlu beli pot baru.

Waktu aku pulang dr liburan, dan mo tanemin itu lavender, I saw my old plant pot.

Lo and behold! There were four tiny leaves coming from the ground!!! WOW! Asli ga nyangka. Ternyata masi ada kehidupan!! I did not completely kill it! Hahaha... Setelah kupikir2, mungkin tanamannya itu mati gara2 aku mostly taroh di kamar, dan ga kena matahari. Kadang2 aja aku keluarin, but maybe it wasn't enough. Trus sering lupa mengairi, sedangkan beberapa hari yg lalu hujan2 melulu, jadi di balcony itu dia juga diairi. Hasilnya, tanaman itu hidup dan tumbuh. Amazing what the sun and rain can do! Better than what I can do, apparently.... -_-

As I ponder on this, jadi mikir kalo manusia itu mirip ama tanaman ya? Seperti tanaman yang butuh matahari dan air untuk hidup dan tumbuh, kita butuh Tuhan dan firmanNya untuk hidup dan tumbuh. Aku jadi inget di Yoh 15, Yesus bilang, "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. "

Seringkali orang Kristen (termasuk aku sendiri) melakukan segala sesuatu pake kekuatan sendiri. Pelayanan lah, kerjaan lah, masalah lah, terlalu sering kita berusaha selesaiin pake pemikiran kita, padahal Yesus itulah pokok anggur dan kita cuma ranting. Ranting mana bisa berbuah sendiri tanpa batang? Kalo ranting dipotong lepas dari batangnya, tewas dah. Supaya kita bisa berbuah, kita harus jadikan Yesus prioritas dalam hidup kita. Masalah, pekerjaan, pelayanan, semuanya akan beres kalo kita bergantung ama Yesus. Jadikan Dia pokok anggur yg kita harus nempel terus. Jadikan Dia matahari bagi kita yg akan membuat kita tumbuh! Make Jesus the center of your life!

Dan seperti tanaman butuh nutrisi melalui air dan tanah, manusia roh kita juga butuh nutrisi melalui firman Tuhan. Ini pasti semua org Kristen dah sering dengar, terlalu sering malah... tapi memang kebenarannya itu firman Tuhan amat sangatlah penting banget sekali buat pertumbuhan rohani kita. I cannot put enough emphasis on this. Tanpa air tanaman ga akan tumbuh besar; tanpa firman, kita ga akan mature in God. Read, meditate, and apply the Word diligently!

Satu lagi yang aku belajar... Jangan menyerah! Kalau kamu jatuh dalam pencobaan, ato gagal dalam suatu hal dan ngerasa kayanya udah ga mungkin lagi tumbuh, bertahanlah! Jangan menyerah dan putus asa. Mat 12:20 berkata, "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya." Seberapa besarnyapun kegagalan kita, gak ada yg terlalu susah untuk dipulihkan Tuhan.

Waktu aku udah ga punya harapan ama tanamanku itu, aku ga bisa ngeliat kalo sebenernya di bawah tanah itu masih ada kehidupan, kalo akar2nya masih hidup dan akan bertumbuh menghasilkan tunas baru. Sama waktu kita udah nggak bisa melihat masa depan, semua tampak suram, kita sebenernya lagi ga ngeliat aja kalo Tuhan tuh bekerja behind the scene dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Rom 8:28). At the end of the day, ikut Tuhan akan selalu berakhir Happy Ending. Meski prosesnya kadang2 susah dan melelahkan, tp ending hidup kita akan selalu glorious. Itu harapan yg selalu aku pegang. So, don't give up! Persevere always because He never leave you nor forsake you!

Let this be an encouragement for you.
A new life from what seemed to be death.
It is never too late for God to restore your life :)

Posted on 20.38

MURNIKAH PELAYANANMU ???

Filed Under () By Fida Abbott di 20.38

"Tulilut,.....tulilut....", kudengar suara telepon berbunyi nyaring di tengah malam. Setelah kusapa, "Hello!!!", kudengar suara menyapaku dengan ramah, "Hello, Kak Fida!". Dari nada suaranya aku sudah bisa mengenal siapa gerangan orang yg meneleponku saat itu. Aku pun mengumbar senyum karena aku berharap adik seorang teman yang satu ini akan meneleponku dalam waktu dekat. Mengapa?? Karena aku tahu dia sedang memerlukan seseorang yang mau dan ingin mendengar keluhannya, isi hatinya dan unek-eneknya saat itu. Aku yakin, dia mempercayakanku sebagai salah seorang yang dengan tulus hati dan ikhlas mendengarnya, kalau tidak kenapa juga dia mau jauh-jauh meneleponku dari Indonesia ke USA??? (GR nih aku, he,he...).

Setelah panjang lebar dia menceritakan semuanya, aku pun terdiam menunjukkan ikut merasakan kesedihannya. Tidak ada yang dapat aku katakan waktu itu, hanya menanyakan bagaimana keadaannya setelah sharing panjang lebar denganku. Dia pun mengatakan terasa lebih enak hatinya meski aku pun tidak tahu pasti bagaimana perasaannya yang sebenarnya.

Tiba-tiba dia menyeriangi dengan bernada klaim, "Kita sama-sama melayani Tuhan kok Kak Fida begitu dan aku begini ya...?". Saya sedikit kaget juga saat mendengar kata-katanya itu karena tidak menduga bahwa dia yang notabene sudah banyak tahu tentang iman kekristenan tapi masih melontarkan kata-kata itu. Mungkin karena benar-benar terhimpit hatinya sehingga kata-kata itu keluar secara otomatis di luar bawah sadarnya. Apakah dia lupa bahwa dia merupakan salah satu saksi hidup di kala saya mengalami cobaan-cobaan kehidupan saat saya masih bersama-sama aktif dengannya di Indonesia?? Atau mungkin dia sudah lupa karena beratnya beban yang dia tanggung saat itu.

Hanya satu topik yang ingin saya ulas sedikit di sini. Apakah engkau termasuk seseorang yang melayani Tuhan dengan sepenuh hati dan tulus tanpa pamrih??? Sebelum saya meninggalkan negara tercinta saya Indonesia untuk menikah dengan calon suami saya waktu itu di USA, saya masih aktif dengan kegiatan-kegiatan kelompok Vocal Group saya. Vocal Group ini tidak berada dalam satu atap denominasi gereja tetapi malahan anggota-anggotanya berasal dari berbagai macam denominasi gereja dan kami bersama-sama melayani bermacam-macam gereja pula baik di dalam kota Surabaya maupun di luar kota Surabaya. Salah satu yang perlu disimak adalah tempat tinggal para anggotanya. Hampir semua anggota kelompok VG itu berdomisili di daerah Surabaya Selatan dan hanya saya sendiri yang berdomisili di daerah Surabya Utara. Boleh dihitung deh berapa lama perjalanan yang saya tempuh dengan kendaraan umum yang notabene gonta-ganti beberapa kali ini untuk sampai ke tempat tujuan yang umumnya berlatih di rumah teman-teman yang berdomisili di Surabaya Selatan itu. Belum lagi kalau bertepatan jadwal menyanyinya hari Minggu pagi dan di luar kota atau di gereja-gereja yang berlokasi di sekitar Surabaya Selatan. Saya akhirnya memutuskan untuk menginap di salah satu anggota VG agar tidak terlambat keesokan harinya kalau bertepatan juga jadwal berlatihnya adalah hari Sabtu sore. Bukan hanya itu saja, VG ini juga telah dibentuk di saat para anggota-anggotanya masih berstatus 'mahasiswa' atau 'pelajar' hingga sampai sekarang mereka sudah berkeluarga dan mempunyai keturunan. Kalau boleh saya menghitungnya mungkin sudah berusia sekitar 20 tahun. Terus terang saya merasakan sebagai suatu anugerah mendapat kesempatan untuk bergabung dengan kelompok VG ini, selain karena pelayanannya yang tidak terfokus pada satu denominasi gereja, tetapi oleh karena personil-personilnya boleh menjadi berkat untuk pertumbuhan kekristenan saya. Saya tidak pernah merasa lelah karena jauhnya jarak yang harus saya tempuh untuk berlatih atau menyanyi, malahan saya merasakan ada yang hilang apabila saya absent. Itu menunjukkan suatu kerinduan saya untuk melayani Tuhan melalui talenta yang DIA berikan kepada saya. Juga saya pun tidak pernah mengeluh apabila saya diperhadapkan dengan begitu banyak masalah-masalah yang datang dalam hidup dengan pelayanan saya. Saya malahan merasakan bahwa saya mendapatkan kekuatan iman melalui pelayanan yang saya lakukan di sana.

Teman-teman, Tuhan itu tahu semua masalah hidup kita. DIA pun tahu hati terdalam dan perasaan kita. Kalau kita benar-benar rindu melayani Tuhan dan menjadi berkat untuk sesama, maka Tuhan akan benar-benar juga memakai kita untuk menjadi berkat buat sesama. Yang pertama untuk dapat menjadi berkat buat sesama, kita harus siap untuk menjadi Penyalur Berkat. Menjadi seorang Penyalur Berkat itu tidaklah mudah, karena yang pertama kita harus menjadi Pelaku berkat itu sendiri yang pernah merasakan penderitaan dan susahnya menghadapi cobaan hidup. Maka di sanalah Tuhan akan benar-benar bekerja di dalam hidup kita sehingga kita boleh merasakan hubungan pribadi kita kepada Tuhan, merasakan hadirNya dan jamahan serta penyertaan-Nya di dalam hidup kita. Keinginan-keinginan kita dalam menghadapi cobaan hidup sudah disalibkan dan digantikan dengan keinginan Tuhan. Hidup kita bukan seturut kehendak kita tetapi seturut kehendak-Nya karena Dia mempunyai rencana hidup untuk kita yang kita tidak pernah pikirkan sebelumnya. Kalau kita menginginkan hidup kita menjadi berkat untuk sesama maka Dia tahu cara menuju ke sana untuk mengabulkan keinginan kita. Dengan merasakan hal itu semua maka kita boleh disebut dengan Pelaku Firman. Seorang Pelaku Firman akan menjadi berkat untuk sesama. Di sanalah kita akan menjadi lilin yang benar-benar menyala untuk menerangi kegelapan, sehingga lilin itu akan berguna untuk mereka yang memerlukan terang di tengah kegelapan.

Jadi teman-teman, jangan lupakan Pelaku Firman dan hanya mengingat serta menghitung berkat Tuhan yang telah diterima. Minta berkat teruuuuus tetapi lupa untuk menjadi berkat terlebih dahulu. Minta ini dan itu kepada Tuhan tapi lupa melakukan ini dan itu yang Tuhan berekenan kepada kita untuk lakukan. Berdoa ini dan itu tetapi lupa untuk menjalankan kasih kepada sesama. Mari kita kembali merenungkan,......telah murnikah pelayanan kita untuk DIA ???? Teman-teman sendirilah yang bisa menjawabnya.................


Salam kasih dari Pennsylvania,
Fida Abbott

Posted on 00.31

No Strings Attached To My Faith

Filed Under () By Jed Revolutia di 00.31


Jangan tanya saya soal iman, karena mungkin saja iman saya sudah hancur berkeping-keping.

Sangat gampang berbicara tentang iman ketika kita sedang hidup di puncak kejayaan hidup kita, ketika semua impian kita jadi kenyataan, ketika Tuhan yang kita sembah menunjukkan perkenan pada kita dengan kuasa mukjizat-Nya. Tapi lain situasinya ketika keadaan semakin memburuk, harapan kita menipis, dan kita mendapati sindrom 'The Good Lord Ain't Good All The Time" menjadi momok dalam hidup kita.

Sangat mudah membuat kesaksian ketika Tuhan baik kepada kita dengan mengabulkan apa yang kita minta. Apa yang terjadi dengan harapan yang kandas, doa yang tidak terkabul, dan kenyataan hidup yang pahit? Justru di tempat inilah iman menjadi komoditas tanpa nilai karena iman tampil berkilau di tengah-tengah kegelapan hidup, di tengah badai, di tengah keputusasaan.

Tahun lalu, saya harus menerima kenyataan pahit bahwa aplikasi beasiswa Master saya di tolak dan interview pekerjaan impian saya pun gagal. Sudah banyak doa-doa yang saya naikan agar impian saya jadi kenyataan, sudah banyak dukungan doa dari teman-teman yang bersimpati, sudah banyak tanda-tanda yang menunjukkan saya akan berhasil. Ketika saya mendapati saya ada dalam lembah kegagalan, maka semangat hidup saya pun hilang seiring hilangnya kesempatan untuk mewujudkan impian saya.

Lalu saya berpikir, mungkin semua itu gagal karena Tuhan tidak ingin saya meninggalkan pelayanan di kota saya. Lalu saya pun berdoa pada Tuhan bahwa saya akan tetap tinggal di sini dan meminta 2 buah permintaan, yakni mendapat pekerjaan tambahan dan mendapat kekasih. Saya pun semakin bersungguh-sungguh dalam pelayanan dengan motivasi yang tulus hanya untuk mendapati bahwa lewat setahun dari doa saya, saya masih belum mendapatkan pekerjaan tambahan atau pun seorang kekasih. Lengkap sudah frustasi yang saya alami.

Saya mulai bertanya-tanya apa yang salah dengan diri saya. Saya mulai bertanya-tanya mengapa Allah berkenan menjawab doa orang lain dan mengabulkan impian mereka tetapi tidak dengan saya. Saya mulai bertanya-tanya apakah iman yang saya miliki selama ini hanyalah kebodohan semata. Apakah Tuhan memang benar-benar ada, bukan berarti saya mempertanyakan keberadaan Tuhan, tetapi saya bertanya apakah Tuhan ada di sini bersama saya ketika semua impian saya harus kandas.

Miris rasanya hati ini ketika saya berkata pada orang lain yang menceritakan masalahnya ke saya bahwa "Jesus is the answer to all your problem" sedang hati kecil saya menyahut dengan "Yeah, but not my own problem, sadly". Apakah Yesus sang Solusi itu benar-benar ada bagi saya? Atau Dia cuma ada bagi orang lain yang lebih dari saya, entah itu lebih kudus, lebih baik, lebih kaya, lebih ganteng, lebih munafik, lebih despret, whatever.

Tapi ternyata saya tidak sendirian. Ketika saya membuka Bible saya, mata saya tertuju pada sebuah teriakan hati yang mirip dengan yang saya alami. Orang ini berkata: "I am losing all hope; I am paralyzed with fear." dan beberapa saat kemudian dia berteriak "Come quickly, LORD, and answer me, for my depression deepens. Don't turn away from me, or I will die." Ooops! Saya bukan orang pertama yang pernah mengalami krisis iman yang parah setelah diterpa sebuah ombak yang sangat besar.

Lalu apa yang dibuat oleh orang itu untuk mempertahankan imannya? Dia berkata demikian: "I remember the days of old. I ponder all your great works and think about what you have done. I lift my hands to you in prayer. I thirst for you as parched land thirsts for rain" (Ps 143: 5-6). Somehow, kesetiaan Tuhan di masa lalu, hanya itulah yang bisa jadi pegangan bagi kita. Seperti kata wanita yang pernah saya cintai berkata pada saya bahwa: "Dia yang telah menyelamatkan kita di masa lalu akan terus melakukannya bagi kita di masa depan. Ketika kita melihat pekerjaan Tuhan di masa lalu, kita bisa optimis bahwa Dia akan melakukannya lagi bagi kita di masa depan."

My spiritual guru, Mike Yaconelli menjelaskan perkara ini dengan lebih jelas lewat kata-katanya berikut ini:

"God’s will is not like a to-do list. It’s more like an undecipherable code. The Bible definitely gives us some clues about the code of God’s will, which means we can figure out part of it; but, because it’s God, we will never crack the code...We can trust God when we get a glimpse of Divine will and when we don’t. We can trust God in the answers and the questions, in the good and the bad, in the light and the dark, when we’re winning and when we’re losing. We can trust God even when the Truth doesn’t answer all our questions or leaves us with even more questions. And, most importantly, just beyond our "I don’t know’s," Jesus is waiting with open arms to snuggle us in the mystery of his love."

Baca tulisan lengkap Mike Yaconelli yang berjudul "I Don't Know" di sini.

Baca 1 pasal lengkap dari Psalm 143 (New Living Translation) di sini.