Welcome
Welcome to Cross-written
Posted on 22.45

What's Going On

By Jed Revolutia di 22.45

Subscribe to RSS headline updates from:
Powered by FeedBurner

Posted on 01.27

Imanuel: Ketika Allah Bersama Kita

Filed Under () By Jed Revolutia di 01.27

Kita sudah sering mendengar kalau manusia adalah makhluk sosial. Tidak ada manusia yang sanggup hidup seorang diri, termasuk juga Adam, manusia pertama. Meski dia memiliki sebuah taman surga di bumi lengkap dengan binatang-binatang lucu dan buah-buahan yang enak dimakan, dia masih merasakan sebuah kekosongan di dalam hati dia. Meskipun hadirat Tuhan menyertai hari-hari Adam, hidupnya merasa merana ketika dia tidak memiliki seseorang manusia lain yang dapat ia ajak berbagi. Itulah sebabnya mengapa Allah membawa Hawa kepada Adam, seorang yang adalah tulang dari tulang Adam dan daging dari daging Adam sendiri.

Bayangkan jika anda baru saja menang lotere sebesar 1 Milyar Rupiah, namun siapapun yang anda ceritakan tentang kemenangan anda ini malah memberikan wajah tidak bersahabat dan mencacimaki anda. Hal tersebut bisa membuat anda menjadi sangat putus asa dan hal yang seharusnya memberikan kebahagiaan malah berubah menjadi sebuah kesedihan. Bayangkan juga perasaan anda ketika dokter memvonis anda terkena kanker, namun teman-teman anda berkumpul di sekitar anda, memeluk dan memberikan semangat. Hal yang seharusnya membawa kesedihan pun berubah menjadi sebuah optimisme dan semangat hidup. Kita butuh orang lain untuk saling berbagi baik dalam hal suka maupun duka.

Kekosongan di hati kita tidak bisa dilampiaskan dengan uang dan harta yang banyak. Banyak yang ingin menjadi kaya, kuat, berpengaruh, dan menarik dengan motivasi yang paling mendalam ialah kerinduan akan persahabatan. Banyak yang menyangka dengan uang dan kuasa di tangan kita, kita bisa membeli keintiman. Ini terjadi sebelum kita menyadari kalau kita tidak dicintai oleh siapapun dan bahwa kita cuma diperalat oleh orang lain yang ingin mengambil keuntungan dari kita. Dalam hal ini pun kita tahu bahwa kesepian bisa melanda semua orang, besar kecil, tua muda, kaya miskin, menarik atau tidak menarik.

Dalam film Good Luck Chuck dilihat pola ini. Chuck yang menemukan dirinya sebagai Lucky Charm bagi gadis-gadis untuk menemukan kekasih sejatinya, pada awalnya bersemangat dengan ide bahwa ia bisa meniduri gadis manapun yang ia mau. Namun selang beberapa waktu, dia mulai merasa hampa dan sadar bahwa dia tidak dicintai oleh gadis-gadis yang mengejar dia, mereka hanya mau mengambil keuntungan darinya. Demikian juga selebritis yang seolah-olah disukai dan dicintai banyak orang, namun jauh di dalam hati mereka, mereka juga mengalami kesepian yang mendalam karena dia tidak mengenal dan dikenal oleh siapapun.

Ayat-ayat di kitab Pengkhotbah pasal 4 cukup menggambarkannya:
7 Aku melihat lagi kesia-siaan di bawah matahari:
8 ada seorang sendirian, ia tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, dan tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanyapun tidak puas dengan kekayaan; —untuk siapa aku berlelah-lelah dan menolak kesenangan? —Inipun kesia-siaan dan hal yang menyusahkan.
9 Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.
10 Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!
Banyak yang menyangka bahwa rasa kesepian bisa diusir dengan memiliki seorang kekasih atau pasangan hidup. Kenyataan bahwa 2 orang selalu tidur bersama di satu ranjang setiap malam, bukanlah jaminan kalau rasa kesepian itu telah hilang. Seringkali luka-luka emosional yang dibuat pasangan malah akan menambah besar luka akibat kesepian kita itu.

Rasa kesepian hanya bisa diusir oleh keintiman, yaitu mengenal dan dikenal. Keintiman sejati bukan berbicara tentang hubungan seks, karena tidak dibutuhkan keintiman untuk dapat berhubungan seks, namun keintiman sejati bicara mengenai keterbukaan dan ketelanjangan, mengenal dan dikenal, dimana tidak ada lagi rahasia diantara setiap individu yang terlibat. Keintiman dimulai dengan kejujuran dan saling menerima apa adanya.

Natal bicara mengenai pesan Allah dalam Kristus Yesus, yakni Imanuel, yang berarti Allah berserta kita. Allah menawarkan akses keintiman kepada diriNya yang sudah terhalang selama berabad-abad oleh sistem imamat yang beku dan kaku. Yesus mengajarkan murid-muridNya untuk memanggil Allah dengan sebutan keintiman, 'Ya Abba, Ya Bapa' seraya mencerikan kisah anak bunggu yang menyia-nyiakan hidupnya namun diterima kembali ke pelukan Abba.

Penerimaan sejati datang dari Bapa sendiri. Ia adalah Allah yang tidak mengukur berkat berdasarkan jasa yang kita buat bagi nama Allah. Abba menerima kita apa adanya, dan bukan sebagaimana seharusnya, karen tidak ada dintara kita yang hidup sebagaimana seharusnya. Allah mengasihi kerena Allah adalah kasih. Ia adalah Allah yang mencari Adam dan Hawa ketika mereka bersembunyi dari Allah. Ia adalah Bapa yang berlari merangkul anak bungsu yang boros ketika melihatnya berjalan pulang dari kejauhan. Ia adalah Allah yang akan memulai segala sesuatu menjadi baru.

Kesepian anda bisa mulai disembuhkan ketika anda menyadari bahwa anda adalah kesayangan Abba. Tidak ada yang bisa anda lakukan untuk mendapatkan lebih banyak kasihNya dan tidak ada yang anda telah anda lakukan yang bisa merusak perjanjian kasihnya bagi kita. Allah adalah Imanuel, Allah yang akan bersama kita dan menemani kita di saat-saat kita sedang merasa sendirian.

Mari nyanyikan sebuah lagu berikut dari Don Moen yang berjudul 'I Will Sing':

Lord You seem so far away. A million miles or more it feels today.
And though I haven't lost my faith, I must confess right now that it's hard for me to pray.
But I don't know what to say and I don't know where to start.
But as you give the grace with all that's in my heart.

I will sing.
I will praise even in my darkest time through the sorrow and the pain.
I will sing. I will praise.
Lift my hands to honor You because Your word is true. I will sing.

Lord is hard for me to see all the thought and plan You have for me.
But I will put my trust in You. Lord, we'll meet Your guide to set me free.
But I don't know what to say and I don't know where to start.
But as you give the grace with all that's in my heart.

I will sing.
I will praise even in my darkest time through the sorrow and the pain.
I will sing. I will praise.
Lift my hands to honor You because Your word is true. I will sing.

Posted on 22.50

We Are The Reason

Filed Under () By Jed Revolutia di 22.50

Berikut ini adalah tulisan dari salah satu penulis XW, yakni Olivia, yang dititipkan ke Jed buat di post:

sekarang udah mau Christmas. Horee!! Seneng. The best season of all.

Dan boleh dibilang, Singapur tambah bagus during this season, dihias dimana-mana. Penuh lampu. Cantik. Trus juga banyak jualan merchandise Christmas yang fancy-fancy, kue-kue natal yang (kayaknya) enak, coklat-coklat yang lucu & (biasanya pasti) enak, n parcel-parcel menarik. Banyak deh pokoknya. Christmas bener-bener dijadiin ajang komersial dengan jualan & diskon dimana-mana. Bukan cuman itu, bahkan Christmas juga dijadiin suatu event romantis buat dirayain sama pasangan. They celebrate it. They really intend to make it a 'merry' Christmas. It's really merry everywhere.

Tapi seandainya kalo ditanya ke mereka Christmas ngerayain apa, gua yakin banyak Singaporean yang blur. Ataupun mereka tau, tapi ga peduli. They just like the 'merry', without like the 'christmas' itself.

Gua bukan bermaksud sok dalem dan memberikan 'wejangan ala kakek', tapi yah as all we know (at least all Christians suppose to know), christmas is not about party and all, it's about Jesus came to the world. God loves the world so much, so He sent Jesus to the world to save the people.

Gua sendiri, terus-terang, sering terbuai sama suasana natal & film-film natal about miracle and all. Wishing that Christmas really has its own magic & brings miracle to my life. Thinking how wonderful it is if your wish comes true at Christmas.

I think, sometimes I forget what Christmas is all about. It's not the miracle has not yet happened, but it happened already. When God himself, as a baby he appeared, came to this world to live among people. In the end, he let himself to be crucified to save human.

Emang sih susah dibayangin sih menurut gua. Maksud gua, apa gunanya bayi yang lahir 2000 taon buat kehidupan kita sekarang? Ga bikin diri kita tambah pinter, tambah cakep, ato tambah keren. Ga bikin masalah yang kita punya jadi selesai ato paling ngga tambah dikit. Ga bikin tambah kaya, dan hidup juga ga jadi lebih mudah. Everything just goes the same. Makanya mikirin 'Christmas with its magic' kayaknya jauh lebih nyenengin bandingin bayi yang lahir di kandang.

Tapi yah, sekali lagi kenyataannya, Christmas is never about magic and all, it's only about one thing, is about.. gift. Gift of love. God's love. How much he loves people. Loves you. Loves me. Individually*. So he gave 'his only beloved son' as a gift. Jesus.

Even if our situation right now seems 'bleak', it doesn't mean God doesn't care. He's sent his 'only son' for us, he won't just be silent and 'do nothing' to our situation. He will 'save' us in the due time.

Yah semuanya kepikiran pas ke gereja kemaren. Oh ya btw, gua bakal join carolling (nyanyi-nyanyi lagu natal) di dialisis center nanti. [Dialisis center: gua juga ga jelas gimana nulisnya & ini apaan. Kemaren ga gitu dengerin. Tapi yang pasti orang-orang sakit gitu. Kayaknya sih pasien cuci darah gitu. Kalo ga salah. Cari info dulu nanti :P]

But.. I do hope miracle really happens this Christmas.. that people realize & feel that God loves them. Dearly.

As little children we would dream of Christmas morn
Of all the gifts and toys we knew we'd find
But we never realized a baby born one blessed night
Gave us the greatest gift of our lives

We were the reason that He gave His life
We were the reason that He suffered and died
To a world that was lost He gave all He could give
To show us the reason to live

~ taken from 'We Are The Reason ~


* To be honest, it was difficult for me to believe that God loved me individually. Believing 'God loves people' was easy, 'God loves you' was easy, 'God loves him/her' was easy, but 'God loves me' was tremendously difficult - at least in my case. It took long process until I could believe it in the end.

Posted on 21.04

Seperti Pensil

Filed Under () By -ian- di 21.04

Pada suatu hari seorang pembuat pensil berkata pada pensil ciptaannya tentang lima hal yang pensil itu harus ketahui dan pensil itu harus selalu mengingatnya. Hal pertama adalah pensil itu akan bisa melakukan banyak hal-hal besar tetapi hanya jika pensil tersebut mengizinkan dirinya dipakai oleh seseorang yang benar-benar tepat. Yang kedua adalah pensil tersebut akan mengalami proses perautan dari waktu ke waktu tapi ini sangat diperlukan sehingga pensil itu bisa menjadi pensil yang baik. Kemudian, pensil itu juga bisa mengkoreksi kesalahan yang dia buat dengan menghapusnya dengan penghapus di ujung pangkalnya. Yang keempat, pensil tersebut mempunyai bagian yang penting dalam dirinya yaitu batang karbon yang menjadi bahan utama untuk meninggalkan tanda. Dan yang terakhir adalah, tidak peduli apapun keadaan yang ada, pensil itu harus melanjutkan bekerja. Artinya, pensil itu harus meninggalkan tanda, tulisan, gambar tidak peduli betapa sulitnya itu.



Bukankah kita memiliki kesamaan dengan pensil itu. Kita bisa melakukan perkara-perkara besar di dunia ini hanya dengan pimpinan Tuhan saja, pertanyaannya, relakah kita benar-benar dipakai Tuhan untuk menjadi alat-Nya. Yang kedua, akan banyak sekali problematika kehidupan yang bisa membuat kita kuat. Biarlah bukan masalah kita yang lemah, biarlah kita saja yang semakin kuat. Kesamaan yang ketiga, manusia selalu berbuat dosa, tetapi hendaknya kita selalu berusaha baik di mata Tuhan dengan meminta pengampunan kepada Tuhan setiap kita melakukan kesalahan dan tidak melakukannya lagi. Yang ke-empat, manusia mempunyai bagian yang terpenting di dalam dirinya, yaitu hati nuraninya yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Yang terakhir adalah manusia harus selalu berusaha menyenangkan hati Allah dengan melakukan tugasnya dengan Allah, tetapi manusia juga harus menimbulkan positive impact kepada masyarakat dengan menjadi garam dan terang dunia.


Inilah beberapa pemaknaan sederhana yang kurang lebih menggambarkan bagaimana kita ini. Seperti begitu berharganya sebuah pensil bagi seorang karikatur, begitu pulalah hidup kita yang berharga di mata Allah. Jadi, marilah kita melakukan apa yang dikehendaki-Nya.

Posted on 12.17

Semangat Natal

Filed Under () By -ian- di 12.17

Hari ini sudah tanggal 1 Desember. Menilik satu tahun yang lalu di blog, waktu itu aku juga mengalami hal yang sama seperti akhir-akhir ini yaitu tentang kebebasan sesaat setelah mengikuti dua minggu exam di NTU yang sedikit menyiksa. Tanggal 1 Desember tahun lalu aku sedang asyik-asyiknya makan-makan di Soul Garden di Bugis bersama beberapa senior fisika.

Tetapi yang saya lakukan detik ini adalah begadang menemani temanku yang sedang membuat booklet untuk camp beberapa hari ke depan. Beberapa waktu lalu cukup kaget ternyata hari ini sudah 1 Desember. Mengapa waktu berjalan begitu cepat?Bisa dikatakan bahwa Desember adalah bulan yang ditunggu-tunggu. Bulan yang di belahan bumi sana menjadi sangat romantisnya dengan keberadaan salju yang menghujaninya. Uniknya, di Indonesia Desember adalah bulan yang cukup dingin karena musim hujan. Orang Jawa berkata Desember berarti “Gedhe-gedhe-ne sumber” (besar-besarnya sumber mata air). Kemudian, apakah ini berarti menjadi bulan yang memberi anugerah bagi kita semua? Jawabannya, bagi sebagian orang mungkin iya tetapi yang mengatakan tidak juga tidak sedikit. Yang pasti, di bulan ini kita mengingat kembali anugerah kekal yang manusia terima. Yah,,,Christmas, masa yang cukup indah untuk dinikmati.


Seorang pembicara dari Australia pernah mengatakan bagaimana di Sydney ketika Natal tiba. Beliau berkata bahwa “The Greatest Moment in Time” adalah ketika Natal tiba. Natal yang bisa menyulap semua sudut kota menjadi indah dan gemerlap. Natal yang bisa membangunkan lagi penggunaan kamera sehingga orang ingin saja mengambil gambar dirinya atau bersama dengan keluarga.Pemandangan di Orchard Road selama beberapa hari ini juga sudah disihir dengan lampu kekuningan, pohon Natal dan berbagai aseksorisnya. Cukup membuat hati glowing ketika duduk di depan Tower B di depan Nge Ann City dan melihat pemandangan kota yang cukup menyenangkan. Masih banyak orang yang lalu lalang tetapi juga masih banyak yang mengambil gambar mereka di depan pohon Natal yang besar.


Ingin membangkitkan semangat Natal. Aku tahu semangat Natal harus setiap hari. Tetapi cukup susah saja buat semua ini. Rasanya ingin men-charge lagi semangat Natal yang sudah pudar sejak lama. Well, mengapa aku belum mempunyai semangat Natal.

Posted on 23.58

Thanksgiving Day

Filed Under () By Fida Abbott di 23.58


Besok, tepatnya tanggal 22 November 2007, rakyat Amerika akan merayakan hari Thanksgiving. Umumnya mereka merayakannya dengan mengadakan undangan makan malam bersama baik itu antar sesama teman atau sesama keluarga.

Thanksgiving kali ini merupakan yang ke-6 kalinya untukku. Apakah ada yang istimewa?? Oh tentunya ada.....tak lain adalah saling bertemu dan bersilaturahmi antara sesama keluarga dari pihak sang suami yang notabene berasal dari keluarga besar (sepuluh bersaudara dan suamiku adalah anggota keluarga yang termuda). Meskipun tidak lengkap karena dua orang kakak laki-lakinya telah meninggal dan dua orang kakak perempuannya tinggal jauh berlainan negara bagian, tetapi dari 5-6 anggota keluarga yang hadir dan telah mempunyai keturunan sampai ada yang di level dua di bawahnya (grandchildren/cucu-cucu) sudah sangat meramaikan suasana. Dari sanalah aku kenal satu per satu anggota keluarga dari suamiku. Tentunya tidaklah mudah karena jumlahnya yang teramat banyak. Namun begitu untukku merupakan keasyikan tersendiri dalam mengingat satu per satu nama-nama mereka.

Apa yang kutahu tentang sejarah Thanksgiving? Awalnya benar-benar tidaklah tahu karena memang aku bukanlah orang Amerika, tetapi mendengar sedikit cerita singkatnya dari sang suami, akhirnya tertarik juga hati ini untuk mengetahui lebih dalam tentang ceritanya yang dapat anda baca secara mendetail di situs ini.

Meskipun hari Thanksgiving ini bukanlah bagian dari budaya Indonesia dan terus terang aku sendiri belum merasakan kekentalan di dalamnya tetapi ada satu hal yang menjadi teladan dalam perayaan ini, yaitu ungkapan rasa syukur yang tulus kepada Tuhan Sang Pencipta yang telah menganugerahkan kasih setianya, berkat jasmani maupun rohani.

Implementasinya dalam kehidupanku terwujud melalui rasa syukurku yang teramat dalam, tak hanya diungkapkan hanya melalui hari Thanksgiving saja, atau saat sebelum dan sesudah makan, sebelum tidur dan sesudah bangun tidur, tetapi setiap saat.

Dalam sikap keseharian kita akan tampaklah bagaimana kita mengimplementasikan rasa ucapan syukur itu. Contohnya dapat diambil yang sederhana saja, misalnya kita tak mudah mengumpat, memaki-maki atau mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan terhadap hal-hal yang tak diinginkan terjadi dalam keseharian kita. Contoh lainnya adalah kita tidak mensyukuri berkat makanan jasmani yang telah tersedia. Ingatlah masih banyak mereka yang kelaparan. Untuk itu meskipun kita terkadang hanya mempunyai sepiring makanan yang cukup sederhana, marilah kita mengucap syukur. Dengan begitu kita akan belajar bagaimana kita menghormati setiap berkat yang DIA beri.

Apakah anda termasuk orang yang disebutkan di atas? Apabila 'iya' marilah anda bercermin diri sambil mengingat akan orang-orang lain yang berkesusahan dan berkekurangan. Dari sanalah hati anda akan teketuk bahwa setiap berkat-Nya walaupun sekecil apapun, patutlah kita berucap syukur kepada-NYA.

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (I Tesalonika 5:18)

Doaku: Terima kasih ya Tuhan atas segala berkat yang telah Engkau berikan kepadaku, atas kesehatanku, keluargaku, teman-temanku, pekerjaanku, aktifitasku dan lain-lain berkat jasmani maupun rohani. Ajarkanlah aku untuk mengucap syukur dalam segala sesuatu, dari hal yang terkecil hingga terbesar, yang tak berkenan maupun tidak berkenan di hati. Berikanlah aku kemurah-hatian kepada sesama yang berkekurangan agar di dalam kekuranganku pun, aku masih dapat menjadi berkat kepada sesama yang memerlukan. Di dalam nama-Mu aku panjatkan doaku. Amin.

Posted on 22.34

Do I Know You?

Filed Under () By DeepBlue di 22.34

Consider this case ...

Johnny is a worker in this huge company.
It is hard to describe his job apart from the word "Just a simple office worker"
Documenting stuffs, getting tasks from the higher management, getting yelled at, let alone getting punishment for something he should not get.

However, Johnny is a good fellow.
He does not a blackened heart.
He knows that each task makes him learn.
He knows that each yell makes him get new understandings.
He knows that one should behave positively against all odds.
That is him.

He also knows that he is just a simple worker.
However, he wants to do an extraordinary things.

"How?", You may ask.

Simply by encouraging fellow colleagues, the other office workers to strive for the best.
Less complains and more actions.
And not be grumbly but be cheerful.

He is a great friend to hang out with actually.
When you are down, you can just chat with him, and you will be recharged just like the black cat battery, Eveready.

Now, the company faces a crisis.
Each worker is called to have a private discussion (Actually decision about his fate in the company) by the managing director.


People can just see the decision for someone who has finished discussion just by analyzing his expression.
Some are smiling, joyful, singing, jumping around like a little froggy.

while ...

The others are in rage.
Hitting the walls, banging head, and so on.

No one understands the decision.
Most of the workers that they think should survive in the company, suddenly are fired.
It is beyond their understanding.
Why?

Now, it is time for our good friend, Johnny to enter the room.

There are some chairs, but to focus this story, I wont need to describe the content of the room in detail.

The managing director (MD) calls his name.

MD: "Are you Johnny?"
J: "Yes"
MD: "Tell us the reason why I should keep you here?"

And Johnny then start explaining the situation of the company, the drawback and the positive sides as well. All in detail. Additionally, he also mentions that some workers are in need to be encouraged at all times.

And here's the verdict.

MD: "Sadly Johnny. I dont know you. There are many people who claim they should stay in this company. But.. it is just I dont know you."

Surprised, Johnny then tries to mention all the good deeds he has done in the company.

But it has been decided.

And there he goes.. fired.



Friends.. Sorry for being harsh here.

I know, we, as human beings, are just taking good life for granted.
But that is the truth that I cannot denied.
We as humans are able to do good deeds.
But good deeds will not save you.
They will not bring you to the eternity of happiness in afterlife.

There are many other ways that people have tried to accomplish to enter heaven.
Being rich, being generous, becoming famous, doing tons of ministries.

But you know what ?

They are all are NOTHING for God if one does it without relationship to God.

If one has done lots of good things in his life but without God in him, thus he shall prepare for the surprise.
Yes, surprise.. just like the followings.



Afterward the other virgins came also, saying, ‘Lord, Lord, open to us!’
But he answered and said, ‘Assuredly, I say to you, I do not know you.
(Matthew 25:11,12, emphasis mine)

"Not everyone who says to Me, 'Lord, Lord,' shall enter the kingdom of heaven, but he who does the will of My Father in heaven." (Matthew 7:21 [NKJV], emphasis mine)
So, what are you going to do now?

Your life, your decision.



Kind regard,

Ron

Posted on 06.32

Worship!

Filed Under () By dung2x di 06.32

Yoh 4:23 - Yet a time is coming and has now come when the true worshipers will worship the Father in spirit and truth, for they are the kind of worshipers the Father seeks.

Minggu lalu pastor di gerejaku share firman tentang worship. Aku mikirnya, kedengerannya topik yang biasa2 aja dan paling isinya itu2 aja, tentang worship itu lebih dari sekedar musik gitu2 deh. Hahaha.. *dasar anak sok tau* Tapi ternyata aku diberkati banget ama sharingnya. And I am reminded that sometimes I do take "worship" for granted :p

Menjadi pelayan Tuhan dalam bidang musik, worship itu kayanya bukan hal baru for me. Tapi justru karena bukan hal baru, makanya kadang suka lupa apa arti worship yang sebenarnya. Seringkali aku malah lebih fokus ke chord2 yg dimainkan biar bagus, tp lupa ga fokuskan hati ke Tuhan (which is actually the more important aspect in worship).

Sooo... hari ini mo share sedikit apa yang aku dapet about worship. Hehe... Kita mulai dari awal, cari di mana sih kata worship itu muncul pertama kali di alkitab. Ada yang tau??? (jgn nyontek jawaban di bawah ya... Hahahah...)

Ternyata teman2, worship itu muncul pertama kali di bible waktu Abraham hendak mempersembahkan anaknya kepada Tuhan! Mari kita baca....

Kej 22:3-5 Early the next morning Abraham got up and saddled his donkey. He took with him two of his servants and his son Isaac. When he had cut enough wood for the burnt offering, he set out for the place God had told him about. On the third day Abraham looked up and saw the place in the distance. He said to his servants, "Stay here with the donkey while I and the boy go over there. We will worship and then we will come back to you."

Aku yakin semua dah tau cerita tentang Abraham. Seseorang yang setia menunggu janji Tuhan 25 tahun untuk dapetin seorang anak, tapi kemudian Tuhan minta anak ini dipersembahkan. Trus gimana Abraham itu taat, Tuhan melihat kesetiaannya, dan akhirnya anak itu ga jadi dikorbankan. Beautiful story.... untung aku bukan Abraham, bisa ga jadi beautiful story lagi... ga mau korbanin anak... hahahahhaa...

Aduh kok jadi ngelantur... hahahahhaa... ok, kembali ke lappp-toppp... So! Apa yang kita bisa belajar tentang worship dr cerita ini?

....... *Kasih 5 menit untuk mikir*....... (jgn nyontek!!!)


Ga tau kalian berhasil come up with what answer... hahah.. tp yg aku dapet yaa:

1. Worship = giving your best

Spt Abraham yang rela beri yang terbaik dalam hidupnya (anak satu2nya lho!!) buat Tuhan, itulah worship yang Tuhan cari dari kita. Kerelaan kita untuk beri yang terbaik dalam hidup kita. Kadang kita ga sadar, kita pikir udah melayani di rumah Tuhan artinya sudah memberi yang terbaik. Tapi coba kita refleksi diri masing2, apa bener kita udah beri yang terbaik?

Waktu mo kasih uang persembahan, ambil lembaran duit yang gede ato kecil? Jam doa ama Tuhan, apa kita kasih waktu kita yg terbaik (waktu kita lagi fresh), ato cuma 5 menit sebelum tidur? Apa kita datang ke Tuhan setiap waktu, ato cuman kalo lagi ada masalah? etc etc.

Aku ga tau jawaban kalian, tapi yang jelas... aku sendiripun sadar kalo aku juga blum kasih yang terbaik buat Tuhan. Tapiiii... kan hari ini dah diingetin, so yuk kita sama2 berusaha untuk kasih yg terbaik! :) Ingat kalo Tuhan udah beri yang terbaik buat kita (anak satu2nya lho!!!) Huehuehuhe...

Lanjut.... next point...... Seringkali kita mikir worship itu berhubungan ama musik, ato saat2 kita menyembah Tuhan gitu lah. Tapi ternyata definisi worship lebih dari itu!

2. Worship = obedience

Abraham taat waktu Tuhan minta anaknya. Sebenernya yang Tuhan perduli itu bukan persembahannya, tapi kesetiaan dan ketaatan Abraham! Contoh lain yang menunjukkan kalo Tuhan itu lebih disenangkan dgn ketaatan drpd persembahan: Saul yang ga taat, dikira Tuhan senang dgn persembahannya (1 Sam 13)

Soo... sebenernya worship itu bukan cuman buat para pelayan musik. Worship itu related ke setiap dari kita... bagaimana kita menjalani hidup kita sehari2...

Apa kita mo taat perintah Tuhan, ato mo jalan sendiri? Apa kita tunduk kepada boss di kantor krn bible berkata untuk tunduk kepada majikan kita (Ef 6:5-8)? Apa kita suka curi2 waktu browsing internet di kantor, padahal alkitab berkata apapun yang kita perbuat, perbuatlah spt untuk tuhan (Kol 3:23)? Only you know the answer.... hehehe...

And I'd like to sum up with this.... Being a true worshipper means our lifestyle reflects worship anytime, anywhere. Bukan cuma action yg kita perbuat di hari minggu waktu kebaktian ato waktu saat teduh di rumah, tapi kita bisa worship Tuhan setiap saat dan di mana saja dengan tingkah laku kita (or bisa juga merendahkan Tuhan for that matter... :p).

Well, I hope we all learn something today. Mari jadi pelaku firman dan bukan pendengar saja supaya kita bisa lebih lagi worship Tuhan melalui hidup kita!

Have a blessed week!

Posted on 13.07

Terhilang di Rumah Bapa

Filed Under () By Meechan di 13.07

Kita sudah terlalu sering membaca perumpamaan anak yang hilang di Injil Lukas 15.

15:11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.
15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.
15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.
15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
15:25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."

Dulu aku pikir, anak yang hilang adalah anak yang bungsu. memang sih. Keliatan mata, bahwa dia adalah anak yang kurang ajar, ga tahu diri, menghambur2kan warisan padahal papanya masih ada. Kalo bisa omong barangkali ya: "kurang ajar banget nih orang"

Tapi setelah mikir2 tentang anak sulung (karena gue anak sulung), gw jadi mikir, ni anak kasihan juga ya? Masak Bapanya ga pernah sekalipun ngasih penghargaan? Sudah setianya ampun2, kerja di ladang siang dan malam, ehh ya mbok sekali2 di rayakno pesta toh? Apa susahnya sih berpesta, ngorbanin sapi 1 ekor, kasih baju bagus, daan kasih perhiasan? Pelit amat nih bapaknya?

Tapi sebenernya ada satu hal yang fatal yang dilakukan oleh si anak sulung. Dia tidak menyadari hak kesulungannya sebagai pewaris langsung dari ayahnya. Dia tidak menyadari bahwa segala hal yang dimiliki oleh ayahnya adalah miliknya juga. Masih membandingkan dengan hal yang diberikan oleh bapanya kepada adiknya.

Kok gw ga pernah di rayain? Kok dd gw yang brengsek itu di rayain? Gw mana pernah dipotongin sapi? mana???

Sebagai anak sulung dalam keluarga Yahudi. anak sulung berhak mewarisi semua harta ayahnya. Itu berarti, bahwa semua harta ayahnya adalah hartanya.

Kita adalah pewaris kerajaan Allah. Kita sekarang sudah berada dalam kerajaanNya ketika kita menerima Yesus sebagai Bapa kita. Namun sering kali kita menjadi anak sulung. Terhilang dalam rumah Bapanya sendiri. Kita sudah jadi kristen, mengikuti aktivitas kristen, dll. Kayaknya sibuk, tapi kita ga tau bahwa sebenernya kita udah jadi terhilang.

Kotbah tiap minggu di gereja jadi hambar, doa2 yang kita benturkan sepertinya terhalang tembok, malas saat teduh, malas baca firman,dll

Hati2 sodara. Mungkin kita sudah termasuk dalam Kerajaan Allah. Mungkin kita sudah merima Dia sebagai Bapa kita. Tapi adalah penting untuk mengetahui hak2 kita sebagai anak sulung. Jangan sampe karena keadaan tidak baik (tidak mendapat berkat, ga pernah dipestain, ga pernah di kasih stempel emas kayak si bungsu) lalu kita merasa malas kemudian terhilang dalam rumah Bapa.

Teman2, kalo saat ini kalian berjalan dalam kerajaan Bapa, pastikan kalian jangan sampai terhilang di dalam rumah Bapa sendiri. Trus ingat kasih mula2, dan pastikan kita tetap berada dalam rumah Bapa sampai Yesus datang kedua kali.

Amin

Posted on 19.42

A Struggling Christian

Filed Under () By William di 19.42

Aku masih ingat dengan jelas, waktu saudara seiman bertanya "Bagaimana kamu bisa begitu yakin kamu bisa tetap menjadi seorang kristen, sampai akhir? Jalan itu ngga mudah lho".

Sekarang aku berada diposisi yang sama dengan sodara seimanku itu. Cuman aku percaya (dan juga berharap) kalau aku yang sekarang ini berada di posisi / perspektif yang berbeda. Ini list dari pergumulan2 yang aku sering hadapin, dan mungkin beberapa dari kalian juga pernah dan lagi mengalamin:

  1. Kurang baca Alkitab
  2. Kurang berdoa
  3. Kurang waktu untuk membaca buku rohani / kristen yang sudah menumpuk di lemari.

dan juga untuk hal2 yang umum seperti:
  1. Tidak mau memberi pengemis karena aku juga hidup pas-pas an.
  2. Tidak cukup istirahat karena waktu mau aku pakai buat cek friendster ato nonton film.
  3. Menonton DVD, CD bajakan karena murah
  4. Menyumbang secukupnya dan cari duit sebanyak mungkin mumpung masih muda
  5. Belanja sebanyak mungkin buku rohani dengan alasan buat keperluan Tuhan.
Dan list ini bakal berlanjut panjang sekali kalo aku terus sebutin. Aku juga masih bergumul sama cara berbicara dan bertingkah laku .. tapi aku ngga bakal jelasin terlalu detail disini.

Tapi banyak sekali hal yang aku bisa berterimakasih sama Tuhan, meskipun aku terus bergumul. Dan aku percaya kalo Tuhan yang berkuasa, Tuhan juga udah pilih aku pertama-tama untuk percaya dan bernaung dibawah Dia. Dan aku yakin Tuhan bakal hantar aku sampai akhir.

Kalau aku percaya bahwa aku (manusia) berkuasa atas hidupku, aku yakin aku ngga bakal kristen sampai sekarang, karena aku tahu banyak sekali hal didunia ini yang bakal aku sukai dan cintai ..

tetapi dari semua itu, aku belajar untuk "be content", dalam arti belajar untuk puas dalam segala hal. Ini semua karena hidupku sudah dibuat sempurna didalam Tuhan Yesus pemimpin hidupku. Aku ngga mau lagi hidup untuk diriku sendiri. Dan aku mau hidup di jalan Yesus ...

Meskipun aku selalu bergumul sebagai umat kristen,
Tuhan Yesus sudah membayar harga di kayu salib untuk ku.

Dan untuk itu, hidupku tidak akan sama lagi.

Posted on 04.22

I-M-A-N

Filed Under () By intimate di 04.22

Markus 11:22 di alkitab-ku:

Yesus menjawab gladies: "Percayalah kepada Allah!"

Orang-orang datang dan senang bertanya,

"Bagaimanakah aku bisa memperoleh iman? Aku melihat orang-orang yang memiliki iman dengan mudahnya menggerakkan hati Tuhan... Mereka menemukan pertolongan tepat pada waktunya, mereka mengharapkan mukjizat dan memperolehnya,... sepertinya Tuhan selalu memberi mereka apa yang mereka minta...
Aku sudah berdoa, sudah melakukan semua yang aku tau harus ku lakukan...
Tapi aku tidak bisa percaya seperti mereka percaya..."

Aku diam.
Dan hanya menatap mereka...

Lalu jawabku,

"Aku tidak tau...

Tapi setiap kali aku mampu mempercayai seseorang, itu hanyalah karena sebuah alasan... Karena aku mengenal mereka.

Ku pikir,
Kita tidak bisa dekat dengan seseorang tanpa mempercayainya,
dan kita tidak bisa mempercayai seseorang tanpa terlebih dahulu dekat dengannya.

Mungkin Tuhan tidak berbeda jauh..."

Posted on 10.20

Genuine

Filed Under () By Jed Revolutia di 10.20


Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Yohanes 1:47

Saya masih ingat doa saya beberapa tahun lalu, "Tuhan, aku mau menjadi otentik"

Sejak saat itu saya selalu mencaritahu apa dan bagaimana kekristenan yang otentik karena suka atau tidak suka, kebanyakan orang menghidupi kekristenan yang superfisial dan tidak membumi.

Ada orang yang mengajarkan satu hal, namun orang yang sama juga melanggar apa yang dia khotbahkan. Ada yang terkesan sangat murni, tapi ujung-ujungnya terlihat juga kebusukannnya. Ada yang terlihat sangat suci dan selalu layak jadi panutan dan membuat semua orang lain merasa tertuduh, namun itu semua cuma olesan cat saja untuk menutupi kayu yang sudah busuk sejak lama.

Dimanakah bisa kutemukan otentitas itu?

Apakah menjadi Kristen sama dengan menjadi seorang malaikat tanpa dosa?
Apakah menjadi Kristen sama dengan menjadi seorang yang selalu di puncak gunung tanpa pernah turun gunung?
Apakah menjadi Kristen sama dengan menjadi seorang yang tinggal di taman Eden?

Dimanakah bisa kutemukan kekristenan yang jujur dan bertanggungjawab? Yang tidak takut untuk dinilai dan dihakimi oleh manusia karena tahu bahwa dirinya adalah kesayangan dan kebanggaan Abba, tidak peduli apa kata dunia ini dan apa kata semua 'anak sulung' di dunia ini.

St. Paul berkata: "Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi" (1 Kor 4:3)

Ketika Tuhan memilih seseorang untuk membawa namanya, Dia membuat sebuah pemilihan yang aneh. Tuhan tidak memilih Ayub yang hidup saleh dan tanpa cela. Tuhan tidak memilih Henokh yang hidup bergaul dengan Allah hinga dia diangkat ke surga. Tuhan malah memilih seseorang bernama Yakub, yang namanya sendiri berarti 'penipu' dan 'pemegang tumit'.

Hidup Yakub sendiri menunjukkan apa itu artinya menjadi seorang penipu sejati karena dia menipu kakaknya sendiri, Esau, dan mencuri hak kesulungan dan berkat patriakhal yang seharusnya menjadi miliknya. Yakub kemudian menipu ayahnya sendiri dengan membuat ayahnya terpaksa melepaskan berkat kepadanya. Yakub kemudian menipu dan ditipu oleh pamannya sendiri, Laban.

Hidup Yakub penuh dengan daftar dosa dan kecacatan namun Allah Maha Tinggi memutuskan untuk mengangkat Yakub menjadi 'The Prince of God' dengan memberinya nama baru yakni 'Israel' (Kej 32:28)

Apa alasan pemilihan Allah yang aneh ini? Yakub tahu akan hal-hal yang berkualitas dan dia tidak segan-segan melalukan segala cara untuk mengejarnya. Dia adalah orang yang berjuang untuk hak kesulungan, berkat patriakhal, istri-istri yang bukan orang kanaan, dan harta kekayaan. Bukan hanya itu saja, ketika Yakub bergulat dengan theofani (perwujudan Yesus di dalam Perjanjian Lama), dia tidak mau melepaskan Allah pergi sebelum melepaskan berkat kepadanya.

Yakub mungkin penuh dengan daftar kepalsuan, namun dia seseorang yang mengejar kerajaan Allah. Lukas 16:16 menyebutkan banyak orang akan merebut kerajaan Allah dengan cara paksa. Tuhan menghargai mereka yang aktif mengejar dan berusaha memperoleh kerajaan itu.

Ketika Yesus bertemu kita, apakah yang Ia katakan pada kita? Akankah Dia memanggil kita seperti Dia memanggil Natanael, seorang Israel sejati dimana tidak ada kepalsuan di dalamnya?

Posted on 03.09

KEMERDEKAANKU

Filed Under () By Fida Abbott di 03.09


kemerdekaanku adalah
saat aku bebas berkata
ya atau tidak tanpa ada paksaan

kemerdekaanku adalah
saat aku bebas melangkah
kesana dan kemari tanpa ada penghadang

kemerdekaanku adalah
saat aku bebas berlari
mencapai tujuan akhir tanpa penghambat

kemerdekaanku adalah
saat aku bebas mengemukakan
pendapat untuk kebaikan

kemerdekaanku adalah
saat aku merasa hidup
sebagai aku sendiri
atas jati diriku sendiri
bukan polesan palsu
indah terlihat di luar
tetapi busuk dari dalam

kemerdekaanku adalah
saat aku merasa tak tertekan
menikmati hak yang aku miliki
tanpa melalaikan kewajiban
tanpa melanggar aturan
tanpa menyakiti hati yang lain
menghormati sesama
menghormati perbedaan
mendukung yang lemah
mendukung perbaikan
merangkul yang tertindas
mengasihi sesama
tanpa pamrih



Coatesville, 17 Agustus 2007

Selamat memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-62 tahun
Salam Penulis dari Pennsylvania

Posted on 18.28

good out of evil

Filed Under () By olivia di 18.28

I don't have many things to tell, but I have small testimony that I want to share..

I think.. more and more, day by day, I love this small city of Singapore. This city is nice. But most of all, is because my faith is renewed here. I'm thankful for that.

I remember the days before I came to this city. Days that I spent in my hometown, Jakarta. Can be said, that time was one of the lowest points in my life. I spend my days just watched cartoon, almost all the time. I watched Hello Kitty almost every day. And hope wish I could be part of it. So cute, sweet, and peaceful. Real life seemed too hard to overcome. And in that period also, for the first time I watched Peanuts and fell for the cartoon. I think many of my friends already know how I like the cartoon (Peanuts), but just some of them know that I fell for Peanuts because.. I felt like Charlie Brown.. That boy who always fails, feels ruin everything, and lonely all the time. That exactly what I felt..

Then.. I came to Singapore. Looking for job. Got one, which until today, I'm still grateful about it. I thank God for my job.

I thank God also.. for friends He's given me here. I thank God also.. for amazing people He put around me that have become a very blessing for me. And most of all, like I said before, I'm thankful for Him to renew my faith, once again.

I'm thankful for so many things, but it doesn't mean I'm happy always. There still were times I felt sad and hopeless.. but everytime I looked back, remembering stressful moments I went through in Jakarta, and how God took me all the way long from Jakarta to Singapore through many amazing things happened; my faith spoke to me one thing.. "Though I cannot see, God is at work; and though I can't feel, God is in control."

One thing that I love in walking with God that.. everytime I look back, there is no regret. Many bad things happened, and many of them because of my own stupidity.. But when I surrendered it to God, He turned out all those bad things into good. I heard this before, that God could bring good out of evil. And I know, it's for true.

I believe, in a due time, we'll see that bad things happen to God's children, turn out to be good for them, and become God's tool to glorify Him. In a due time (which I have to admit, sometimes takes very long, and perhaps extends to eternity), God will exalt His children - people who love Him and live obeying Him. In a due time, we will see, that God is faithful to His promises.

Okay, I think that's all..

God bless.

Posted on 21.56

Mission is Yes-Us

Filed Under () By Jed Revolutia di 21.56

For God loved the world so much that he gave his one and only Son, so that everyone who believes in him will not perish but have eternal life. (John 3: 16)

Misi secara harafiah berarti pengutusan untuk melakukan suatu tugas. Belakangan ini kata misi sepertinya kembali menjadi kata favorit di dunia kekistenan. Gereja-gereja sedang menargetkan pertumbuhan jumlah pengikut Kristus di dunia ini. Beberapa punya maksud tulus yakni meneruskan amanat Yesus, sedang yang lain melakukannya demi memperbanyak jumlah anggota jemaat mereka. Terlepas dari maksud dan motivasi, bisa dipastikan sebagian besar orang Kristen memang memikili beban untuk membagi berita Gospel (- dari kata ‘Good Spell’ kabar baik) atau God’s Pill ( obat bernama Tuhan) kepada dunia. Tulisan ini bertujuan untuk menantang asumsi yang ada selama ini mengenai apa dan bagaimana misi sebaiknya dilaksanakan. Penulis tidak memaksakan pembaca untuk setuju sepenuhnya dengan isi tulisan, namun lebih mengundang untuk memikirkan ulang konsep-konsep yang pembaca punya selama ini.

Contoh terbaik untuk mempelajari misi adalah dari Allah sendiri. Bapa di surga telah mengutus Anak-Nya Yesus ke dalam dunia untuk melaksanakan suatu tugas, yakni penebusan manusia. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Yesus adalah Misionaris terbesar sepanjang sejarah. Melalui cara Bapa mengutus Yesus ke dalam dunia seperti yang diuraikan dalam Yohanes 1 : 9-14 kita bisa belajar mengenai prinsip-prinsip utama dari misi dan penginjilan. Sebenarnya misi sendiri tidak jauh-jauh dari Yes-(it’s)-Us.

Mission is Us – Coming into the World
The one who is the true light, who gives light to everyone, was coming into the world. (ayat 9)

Misi berarti diutus pergi ke suatu tempat yang lain. Yesus meninggalkan surga untuk datang ke dalam dunia. Gereja juga diutus Yesus untuk pergi ke dalam dunia. Itu sebabnya Yesus tidak langsung membawa GerejaNya ketika kembali kepada Bapa, melainkan melepaskan Gereja untuk menjalankan misi di dunia. Celakanya, hal ini sudah hampir dilupakan oleh Gereja masa kini.

Kebanyakan gereja mengartikan misi sebagai mengundang dunia ke dalam sebuah tempat bernama gereja. Oleh karena itu, mayoritas gereja menganggap mereka sudah menjalankan misi jika telah menyelenggarakan berbagai event yang bertujuan mengundang orang dunia mau masuk ke dalam gereja, entah melalui acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), konser musik, acara makan-makan, atau Seminar Pengembangan Pribadi. Bangunan gereja pun dipermewah dengan menambahkan AC dimana-mana dan musik gereja pun diperbaharui dengan mengikuti selera pasar yang sedang berkembang. Segala upaya tersebut memang bagus, tapi sudah melupakan dasar esensi misi sesungguhnya, yakni ‘kita pergi ke dalam dunia’ dan bukan ‘dunia datang ke kita’.

Hasilnya kita punya the so-called ‘hyped’ christianity. Semua yang dilakukan dalam ‘misi’ gereja bertujuan menunjukkan kepada dunia betapa indahnya menjadi orang Kristen dan betapa orang-orang Kristen memang sangat cool. Orang Kristen pun terlatih untuk memasang topeng bernama ‘kerendahan hati palsu’ dan semua di dalam bangunan gereja memang nampak seperti tidak punya masalah. Orang dunia yang datang ke bangunan gereja pun dilatih untuk mengganti baju ‘setan’ mereka dan mengenakan kostum ‘malaikat’ di dalam gereja dan parahnya mereka kembali berganti kostum ketika keluar dari bangunan gereja.

Allah mengartikan misi sebagai pergi ke dunia, namun kita telah lancang menyebut segala upaya mengundang dunia ke dalam gereja sebagai misi. Sekali lagi saya katakan bahwa misi adalah gereja datang ke dunia, bukan dunia datang ke gereja. Jika anda sependapat dengan saya silahkan lanjut membaca thesis-thesis selanjutnya, namun jika tidak, sebaiknya anda tidak usah lanjut membaca karena tidak akan ada gunanya semenjak anda suka berada di zona nyaman.

Mission is Us – Shining in the Darkness
The one who is the true light, who gives light to everyone, was coming into the world. (ayat 9)

Bapa mengutus Yesus untuk menjadi terang bagi dunia dan sekarang dunia telah terang bederang karena efek kedatangan Yesus. Dunia 2000 tahun sesudah kedatangan Yesus sudah berbeda jauh dengan dunia pada zaman Yesus. Kedatangan Yesus telah membuat manusia memikirkan ulang konsep-konsep yang dianggap baku sebelumnya seperti perbudakan, rasisme, peperangan, kekerasan, dan yang terutama ketidaksetaraan gender. Kedatangan Yesus telah membuat dunia mengerti dan memahami betapa beharganya setiap individu di mata Allah terlepas dari jenis kelamin, ras, dan strata sosial. Kadatangan Yesus ke dalam dunia telah memunculkan musim semi setelah musim dingin yang cukup lama. Kedatangan Yesus juga seperti seperti fajar pagi yang menghapus kegelapan dan membawa dunia semakin menuju puncak terang tengah hari.

Apakah misi gereja hari-hari ini sedang menunjukan terang yang bersinar di kegelapan? Yang ada malah terang yang eksklusif dan menolak hadir di tengah-tengah kegelapan. Gereja merasa risih dengan kegelapan di sekitarnya sehingga akhirnya memilih untuk menerangi dirinya sendiri. Tidak heran jika akhirnya setiap cacat cela gereja menjadi olok-olok dunia. Gereja sudah lupa bagaimana caranya bersinar di tengah kegelapan.

Jemaat gereja hari ini dilatih menjadi katak dalam tempurung dengan membuat subkultur sendiri. Mereka mengenal yang namanya musik Kristen, film Kristen, buku Kristen, sekolah Kristen, televisi Kristen, sulap Kristen, partai politik Kristen, arisan Kristen, hotel Kristen, mobil Kristen, bakmi Kristen hingga make-up Kristen. Mereka adalah kelompok masyarakat yang alergi terhadap segala sesuatu yang tidak berlabel Kristen. Mereka mencap Harry Potter sebagai pekerjaan setan, Teletubbies sebagai gay, dan Ahmadinejad sebagai antikristus. Mereka adalah kelompok masyarakat yang sangat amat eksklusif.

Sama dengan cara pandang orang miskin di daerah kumuh terhadap orang-orang yang tinggal di perumahan elit, demikianlah pandangan dunia terhadap Gereja. Mereka melihat gereja sebagai alien-alien yang hidup untuk diri mereka sendiri. Gereja mungkin saja mengadakan acara sosial seperti membantu orang-orang miskin dan susah, namun seringkali itu dilakukan hanya kepada kalangan sesama Kristen, atau kalangan di luar Kristen dengan tujuan meng-kristen-kan mereka. Dengan kata lain Gereja tidak berhasil menjalankan misi menjadi terang di dunia karena Gereja memang tidak peduli pada kegelapan yang ada di dunia.

Mission is Us – Not Self-seeking
He came into the very world he created, but the world didn't recognize him. (ayat 10)

Sangat miris memang melihat bagaimana Bapa mengutus Yesus ke dalam dunia – dengan kesederhanaan. Selama di bumi Yesus dikenal sebagai pribadi yang bersahaja, jauh dari kemewahan dan hedonisme dunia, dan Dia memilih menjadi yang paling rendah dari yang paling rendah. Yesus tidak mencari popularitas. Meski saudara-saudara Yesus mengusulkan sebuah usulan menajerial yang sangat baik, “Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia." (Yoh 7:3-4), Yesus malah menganggap dingin ide marketing brilian saudara-saudaranya tersebut.

Yesus menjalankan misinya dengan tidak berusaha mencari perhatian. Misi akan dianggap berhasil apabila tugas berhasil dilaksanakan dengan baik, bukan karena banyak orang yang memperhatikan dan ikut serta. Sungguh kontras dengan Gereja masa kini yang sangat ingin mendapat perhatian dunia dengan menonjolkan hal-hal yang dianggap Yesus sendiri sebagai ‘kebodohan’ seperti dalam hal jumlah pengikut, popularitas, dan kekayaan material.

Yesus tidak perduli dengan berapa murid yang Dia punya, malah mungkin Dia bisa dianggap gagal karena meskipun hanya punya 12 pengikut, Dia masih harus kehilangan 1 orang yang bukan hanya meninggalkanNya, namun juga mengkhianatiNya. Yesus tidak mempedulikan statistik, tapi transformasi hidup. Jika gereja hari ini menganggap diri sukses dengan banyaknya jumlah jemaat, hal ini mungkin mungkin akan diketawakan Yesus jika Dia diwawancarai surat kabar hari ini.

Yesus tidak peduli dengan popularitas, malah dia selalu berusaha kabur dan menghindar dari fans-fans fanatiknya. Dia gak berminat jadi superstar dan Dia tidak peduli apa kata orang tentang Dia. Gereja hari ini mengukur kesuksesan dengan seberapa laris buku best-seller mereka, seberapa nge-hit musik mereka, dan seberapa besar tarif pengkhotbah kesayangan mereka. Para hamba Tuhan pun mulai menganggap diri mereka sebagai selebritis rohani dan senang membanggakan mahalnya pakaian mereka, kendaraan mereka, dan rumah mereka. Celakanya itu semua dilakukan atas nama misi bagi dunia.

Mission is Us – Not Imposing Others
He came to his own people, and even they rejected him. (ayat 11)

Dalam menjalankan misiNya Yesus harus berulang kali menghadapi yang namanya penolakan. Meskipun Yesus bisa saja menggunakan tangan besi untuk melaksanakan kehendakNya, namun Yesus adalah pribadi lemah lembut yang tidak pernah memaksa orang lain untuk mengikutiNya. Dia mengajukan sebuah tawaran dan membiarkan orang memilih untuk menerima atau menolak. Namun tetap saja Yesus memberikan nyawaNya bagi semua orang, baik yang menerima maupun yang menolakNya. Dia berdoa di kayu salib, “Bapa, ampunilah mereka”. Ini adalah ucapan yang spektakuler karena memohon pengampunan bagi mereka yang hendak mengambil nyawa kita memang terlihat sangat bodoh. Namun Yesus siap menjadi terlihat bodoh demi cintaNya kepada kita dan ketaatanNya kepada misi yang diberikan Bapa.

Sejarah dunia menyebutkan salah satu alasan mengapa Kristen menjadi agama dengan pengikut terbanyak di dunia karena penyebarannya melalui media kekerasan. Pada zaman dahulu, Paus bekerja sama dengan raja-raja Eropa untuk menaklukkan dunia dan memaksa seluruh dunia menjadi Kristen. Sebuah anekdot Afrika menceritakan bahwa sebelum bangsa Eropa datang ke Afrika, bangsa Afrika memiliki emas di tangan mereka. Setelah berjumpa dengan bangsa Eropa, emas pun berpindah ke tangan bangsa Eropa dan di tangan bangsa Afrika diberikan Injil sebagai ganti emas. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar bangsa yang notabene Kristen seperti Eropa, Afrika, dan Amerika Latin telah dibaptis dalam pedang dan senapan.

Di masa kini pun chauvinisme Kristen masih merajalela. Tanya saja kepada orang Kristen di mana saja tentang pendapat mereka mengenai umat Islam, Atheist, atau kepercayaan lainnya, pasti akan keluar sebuah pendapat yang kental dengan prasangka. Mereka menganggap merekalah manusia sejati dan memaksa semua orang untuk mengakui bahwa mereka unggul dan memakai baju yang sama. Misi diartikan sebagai memaksa dunia untuk berseragam sama dengan kita. Tidak heran kemudian lahir gerakan-gerakan politik berlabel Kristen dan berusaha mengubah dunia dengan cara-cara yang tidak mengikuti teladan Yesus. Yesus selalu mengutamakan perubahan hati dan tidak pernah ada hati yang berubah akibat paksaan.

Mission is Us – Giving Ourselves
But to all who believed him and accepted him, he gave the right to become children of God. (ayat 12)

Yesus datang dengan semua misi untuk membuat sebanyak mungkin orang menjadi anak-anak Allah. Meskipun dia adalah Putera tunggal Bapa, Dia rela untuk memberikan hak kesulunganNya kepada kita, agar kita boleh mengalami semua berkat yang Yesus miliki di dalam Bapa. Misi berbicara mengasihi dan mengasihi berbicara memberi. Yesus memberikan harta terbaik yang Ia miliki, yakni nyawaNya agar kita bisa mendapat bagian di dalam kemuliaanNya.

Apa yang Yesus contohkan ketika dia menjalankan misi di dunia? Dia menjadikan diriNya yang mulia sebagai hamba dan pelayan yang hina. Yesus bahkan sempat mengambil jubah seorang budak dan membasuh kaki murid-muridNya. Yesus mengajarkan bahwa kebesaran sejati timbul dari merendahkan diri dan melayani dunia ini. Pertanyaan yang timbul sekarang ialah apakah Gereja melayani dunia seperti seorang hamba melayani tuannya? Apakah Gereja malah menuntut dunia melayani dirinya dengan menuntut fasilitas dan kemudahan? Apakah gereja rela kehilangan semarak kebaktian mewah dan menyumbangkan semua uang untuk melayani dunia (mereka yang tertindas)? Apakah gereja rela kehilangan hak demi menjangkau hati manusia yang sudah bebal? Dalam menjalankan misinya, Yesus sudah memberikan segala-galanya bagi dunia. Pertanyaannya sekarang, apakah gereja sudah memberikan segala-galanya bagi dunia?

Mission is Us – Incarnating
So the Word became human and made his home among us. He was full of unfailing love and faithfulness. And we have seen his glory, the glory of the Father's one and only Son. (ayat 14)

Ketika Yesus datang ke dunia, Dia terlebih dahulu menginkarnasikan diriNya ke dalam rupa manusia. Dia memilih untuk lahir sebagai bayi tidak berdaya, mengalami proses pertumbuhan selayaknya manusia bertumbuh, dan mengalami keterbatasan-keterbatasan fisik sebagai manusia. Misi bagi Yesus ialah mengkomunikasikan pesan dari Bapa dan pesan itu baru akan tersampaikan dengan baik apabila pesan itu telah melalui proses inkarnasi terlebih dahulu. Yesus tidak datang ke dunia dalam rupa keilahianNya namun Ia menjadi sama dengan manusia.

Gereja misi adalah gereja yang berinkarnasi ke dalam dunia. Pesan Injil tidak sampai dengan jelas karena Gereja memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa yang digunakan dunia, akibatnya ialah miskonsepsi dan salah pengertian yang berbuntut pada kecurigaan yang berlarut-larut. Gereja telah terlalu sombong untuk mau membungkuk dan menjadi sama dengan dunia. Oleh karena itu gereja sebaiknya menghapus segala penggunaan bahasa Kristen dan mulai berbicara dalam bahasa yang dimengerti oleh dunia ini.

Apakah dunia ini akan mendengar orang ‘kudus’ yang terlihat seperti habis tersambar petir dan mengucapkan kata-kata yang ‘terlalu rohani’? Apakah dunia ini akan mendengar kesaksian dari para selebritis Kristen yang hidup dalam kemewahan semu? Saya rasa dunia ini sedang mencari mereka yang sama seperti dirinya, “been through hell, done that”, dan berbicara dalam bahasa yang mampu dimengerti.

Mission is Us – being Jesus
So the Word became human and made his home among us. He was full of unfailing love and faithfulness. And we have seen his glory, the glory of the Father's one and only Son. (ayat 14)

Yesus datang untuk menunjukkan kepada dunia wajah daripada Bapa dan Gereja di utus ke dunia untuk menunjukkan kepada dunia wajah daripada Yesus. Gereja yang misioner adalah gereja yang menjadi Yesus bagi dunia yang terhilang ini. Apa yang dilakukan Yesus bagi dunia, hal yang sama seharusnya dilakukan oleh Gereja. Yesus berdoa dan memberkati musuh-musuhNya, demikian halnya seharusnya Gereja berdoa dan memberkati Osama bin Laden, Ahmadinejad, dan Abu Bakar Baasyir.

Philip Yancey mengatakan jawaban bagi pertanyaan, “Dimana Allah di saat dunia menderita?” seharusnya dijawab dengan “Dimana Gereja di saat dunia menderita?” Gereja telah diberikan misi sebagai kepanjangantangan dari pada Yesus untuk mengadakan pemulihan atas bumi ini. Gereja misioner ada bersama mereka yang terluka dan membalut luka-luka mereka. Gereja misioner tidak takut dicap sebagai sesat dan memilih ada bersama dengan yang paling hina dari hina. Gereja misioner ada untuk menunjukkan wajah Kristus kepada dunia.

* Semua kutipan alkitab berbahasa Inggris di ambil dari The New Living Translation (NLT)

Posted on 22.25

Jesus - The Troublemaker

Filed Under () By Jed Revolutia di 22.25



Berbincang-bincang dengan orang Kristen membahas tentang Yesus bisa terkadang menggelikan. Banyak kali lawan bicara saya berbicara dengan berapi-api tentang Yesus yang mereka kenal. Herannya saya merasa mereka sedang membicarakan Yesus yang lain dari yang saya kenal lewat Alkitab. Yang membuat saya bertambah heran ialah banyaknya orang yang tidak mengenal Jesus of the Bible, melainkan hanya mengenal Jesus of the Mythology.

Ada kawan yang menggambarkan Yesus sebagai pribadi baik yang akan mengabulkan semua permintaan kalo kita adalah orang Kristen baik-baik, tidak memiliki catatan kejahatan, tampan atau cantik, dan terutama ialah rutin mengembalikan persepuluhan. Kalau doa kita tidak terjawab, penyebabnya pasti tidak jauh-jauh dari kurang iman atau ada dosa tersembunyi yang belum dibereskan. Kalau ternyata yang bersangkutan tidak terlihat kurang gizi (baca: iman) maka mungkin saja Tuhan sedang menyuruh dia menunggu waktu Tuhan. Yesus seperti ini sangat senang memberkati umatnya dengan berbagai hal yang luks seperti rumah baru, mobil baru, dan segala hal yang ‘stylish’ dari Tuhan yang ‘cool’ dan berselera baik. Celakanya gambaran Yesus seperti itu lebih menyerupai Santa Claus di kebudayaan barat dan Budai di kebudayaan Timur dibanding Yesus yang ada di Alkitab. Gambaran tersebut menekankan pada posisi Tuhan sebagai pemberi keinginan manusia dengan prasyarat, yakni apakah anda disukai oleh Dia?.

Ada lagi kawan yang menggambarkan Yesus sebagai pribadi yang penuh kedamaian dan cinta kasih. Ini adalah Yesus yang selalu betuturkata dengan etika, menghargai perasaan orang, dan yang terutama sangat lemah lembut. Ini adalah Yesus yang tidak mengenal istilah ‘melawan’ dan selalu penuh senyum membiarkan orang lain menganiaya dirinya. Ini adalah Yesus yang tidak menjadi batu sandungan, tidak beremosi, rajin beribadah dan gemar menabung. Ini adalah Yesus yang sering muncul di lukisan-lukisan Kristen, Yesus yang sangat amat mengasihi orang lain sehingga lupa bagaimana mengurus dirinya sendiri. Celakanya gambaran Yesus ‘banci’ seperti itu lebih mirip seorang petapa anti-kekerasan dari India dibanding dengan Yesus di Alkitab. Mungkin saja yang menganut paham ini mendasari imannya pada The Gospel according to St. Gautama.

Yesus yang saya kenal di Alkitab adalah seorang pembuat masalah. Kata-katanya selalu tajam, membuat syak, dan membuat banyak orang tersinggung dan naik pitam. Dia adalah contoh sejati dari batu sandungan karena dia membuat pengikutnya membenci para pemuka agama waktu itu dengan menggosipkan kejelekan mereka senantiasa. Dia tidak tahu tata krama karena membuat mukjizat (baca: keonaran) tidak pada sikon yang tepat. Ketika Dia datang ke Bait Allah (baca: gereja), semestinya Dia melepaskan berkat, namun Dia malah membuat banyak orang bangkrut dan mengalami kerugian finansial. Dia juga dianggap kalangan terpelajar sebagai wong edan, kerasukan setan, pemberontak, atau minimal sebagai con artist.

Yesus yang saya kenal ialah Yesus yang selalu identik dengan masalah. Lagian Dia tidak pernah berjanji barangsiapa mengikut Dia akan terbebas dari masalah, malahkan Dia berkata, “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.” Dia juga pribadi yang mengucapkan kata-kata mengerikan ini, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Mengikut Yesus berarti anda sedang membawa seluruh hidup anda dalam masalah. Belakangan saya baru mengerti kenapa Yesus dianggap sebagai jawaban semua masalah, yaitu karena detik anda memutuskan jadi pengikut Kristus, maka semua masalah lama anda hilang lenyap karena anda mendapat masalah baru yang berkali-kali lebih besar dari sebelumnya. Masalah yang dibawa Yesus kepada anda ialah ini, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”

Mengikut Yesus bukanlah sekedar mengisi formulir keanggotaan gereja, rutin ibadah, dan tidak pernah telat perpuluhan. Mengikut Yesus bicara mengenai kehilangan segala-galanya demi mendapatkan kerajaan Allah yang untuk sementara anda cuma bisa lihat di brosur dan trailer saja. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.”

Mengikut Yesus adalah petualangan terbesar yang mungkin anda ikuti di dunia ini. Akan ada banyak goncangan dan saat-saat menegangkan yang akan anda lalui. Oleh karena itu sekarang ketika ada petobat baru saya tidak lagi mengatakan ‘selamat’ padanya ketika dia menerima Yesus, tapi saya akan pegang erat tangannya, tatap matanya dan berkata, “Please fasten your seatbelt!

Posted on 19.30

Submit

Filed Under () By DeepBlue di 19.30

which is translated to 'Berserah' in Bahasa.

It has been years since the first time I submit my life to my Dad's hand.
But shockingly to myself, I understand the point of submission today.

Once I have given an illustration to submit.
It is like you are giving your homework book to someone, but you are not letting your hand off the book. How can that person do your homework then if you dont let him have a COMPLETE CONTROL of your book?

... of your problems.
Being submissive deals with 100%, not 50%, not 99.9%, but it is absolute submission.


Another illustration, imagine you are buying ingredients for your chef friend.
You hand the ingredients to him so that he can cook his best food from your ingredients.
That means you submit your help-i-am-starving problem to your chef friend.
That's submission.


Little do preachers speak about the advantages of being submissive.
One of them is mentioned above already, which is so that the Person is able to control, develop your things (mainly problems if not all) to the best shape.. the best solution.

Another thing is that somehow I started to realize that there is nothing to lose if I am with Him.
Why?

By being submissive, several things that I cannot even imagine nor dream has been added to the parts of my life.. and that's not even because of me asking Him. Remember Matthew 6:33. He just gives me one. No conditions apply.

Matthew 6:33 But seek first his kingdom and his righteousness, and all these things will be given to you as well.

Now that I have it for free, what if I lose it? It is possible, right?
Hey, if I get it for free, why should I worry about it?
Besides, He is the prima causa.. the cause of everything.
I get my good mark because of Him giving me.
I get my job because of Him giving me.
I get my friends because of Him giving me.
He is free to give, He is also free to take.

However, I am just holding to the promise of Matthew 6:33.
If He takes what He gave, then I believe that means He is going to give something better.. far better.

That's the power of submission

Cool, huh?

Posted on 21.53

WHY I'M SO SPECIAL?

Filed Under () By Fida Abbott di 21.53



Apabila membaca judul di atas, terasa ada sesuatu yang harus dibanggakan sehingga siapa pun yang meng-klaim bahwa dirinya adalah sosok yang ‘so special’ setidaknya mempunyai alasan-alasan tertentu mengapa orang tersebut mengategorikan dirinya sendiri sebagai sosok yang ‘so special’, lepas dari apa yang disebut ‘narsis’, ‘PD abis’ atau sejenisnya.

Ambil contoh saja, misalnya si Penulis sendiri (jadi biar diomongin ‘narsis’ juga tidak apa-apa daripada orang lain yang terkena getahnya).

Di Lingkungan Keluarga

Do you love Ibu?”, demikian sebuah pertanyaan yang sering kutujukan kepada si Bungsu. Jawabannya selalu “YES” sambil kadang pakai malu-malu kucing mengekspresikannya atau terkadang disertai pelukan erat darinya. Duh, senang rasanya hati ini. Sambil kuelus-elus rambutnya, aku kembali berkata kepadanya, “Thank you, I love you too”.

Kakak-kakaknya pun tidak ketinggalan pula, mereka bahkan setiap kali menutup pembicaraan melalui telepon dan mengakhiri email-emailnya dengan mengatakan, “I love you” kepadaku.

Sedangkan Bapaknya sendiri (suamiku) juga tak kalah dalam mengekspresikan cintanya kepada sang istri. Masih hangat dalam ingatanku, sewaktu masih masa-masa bertunangan, HP-ku berdering setiap hari, dan bahkan sampai 3-4 kali sehari seperti jadwal minum obat saja. Hingga aku pernah menasehatinya untuk mengurangi frekuensi menelepon agar sedikit menghemat. “Tetapi itu lah pengorbanan”, katanya. Sampai-sampai seorang Dokter di salah satu RS Internasional di Surabaya yang menangani proses medical-ku untuk urusan persyaratan visa dan pernah bertemu juga dengan calon suamiku itu berkata, “Ntar kalau sudah married, pasti berbeda deh, khan setiap hari ketemu. Jadi mau ngomongin apa lagi”. Tetapi buktinya, … ternyata tidaklah demikian. Malahan suamiku hampir setiap hari menelepon dari tempat kerjanya hanya mungkin untuk mengatakan, “Hi Honey, how are you, ...” dan juga diakhiri dengan kalimat, "I love you!" kalau dia tidak benar-benar sibuk.

Di Lingkungan Pekerjaan

Umumnya teman-teman pada segan denganku karena aku termasuk orang yang tidak banyak omong dan tekun serta cepat dalam melakukan suatu pekerjaan meskipun sebenarnya aku tidak termasuk orang bertipe pendiam, malahan sebaliknya, ramah dan bersahabat.

Di Urusan Pertemanan

Karena aku termasuk seseorang yang bersahabat, maka tidak heranlah apabila aku masih mempunyai pertalian persahabatan sampai dengan sekarang ini dengan beberapa orang teman dari tiap-tiap level pendidikkan yang pernah aku lalui, yaitu dari SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, juga beberapa orang lainnya dari beberapa tempat di mana aku pernah/sedang bekerja saat ini.

Salah satu yang membuatku menjadi sangat terharu adalah salah seorang ex- anak bimbingan lesku yang dulu pernah kubimbing sewaktu aku masih di Indonesia, sudah menganggapku sebagai kakak sendiri sampai-sampai dia jauh lebih terbuka kepadaku daripada kedua orangtuanya atau kakaknya sendiri. Nasehat-nasehat dan saran-saranku selalu ditunggunya di setiap email yang aku kirimkan.

Di Urusan Organisasi dan Aktifitas-aktifitas lainnya

Sebenarnya aku termasuk orang yang kurang suka dengan urusan keorganisasian, tetapi entah mengapa namaku terus terpilih untuk menduduki salah satu jabatan dalam keorganisasian semenjak dari SMP hingga Perguruan Tinggi, meskipun aku sudah menghindar terus, tetapi semakin menghindar, semakin dikejar (ha,ha…!!!). Namun begitu, aku termasuk orang yang ‘menghasilkan’ pula dalam keorganisasian itu. Kalau tidak, ya mengapa pula mereka terus menerus memilih aku untuk mengisi jabatan ini dan itu (jadi GR nih ya, he,he…).

Untuk aktifitas-aktifitas yang lainnya pun banyak yang tidak aku lewatkan dari bidang Olah Raga, kesenian menari, menyanyi, menggambar, teater, pecinta alam, tulis menulis, kursus Bahasa asing (Inggris dan Perancis), Broadcasting, Public Relations, Komputer, memberi les-les private dari yang free sampai dengan yg dibayar tanpa aku pasang harga, serta kegemaranku untuk memasak, kerajinan tangan, tanam menanam (gardening) dan landscaping, semuanya tidak luput dari perhatianku. Sampai-sampai salah satu tanteku pernah menyebutku ‘Bunglon’ karena aku hampir bisa melakukan ini dan itu dari mulai pekerjaan rumah yang modelnya sekasar apa pun hingga aktifitas-aktifitas lainnya yang ‘bonafide’ (Nggak apa-apa lah, asal jangan ‘Bunglon’ beneran, he,he..!!).

Tetapi teman, ….. apa yang sudah aku sebutkan di atas tidaklah berarti apa-apa kalau aku tidak diselamatkan oleh yang di Atas sana.

“Oleh karena kasih-Nya kepada kita, maka dikaruniakannya anak-Nya yang tunggal kepada kita, sehingga barang siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan binasa melainkan akan beroleh keselamatan dan hidup yang kekal”. Bahkan Dia yang tak berdosa itu, rela disiksa dan mati tergantung disalibkan, hanya karena ingin menebus dosa-dosaku. Betapa special-nya aku, sehingga Dia mau berkorban mati untuk aku.

Maka lengkaplah sudah aku menyandang gelar “I AM SO SPECIAL”oleh karena DIA yang telah menyempurnakannya. Terus terang, …..aku tidak bisa membayar segalanya yang free itu sebagai timbal balik kasih-Nya kepadaku, apalagi kalau dibandingkan dengan perngorbanannya yang luar biasa itu karena aku takut disiksa dan mati seperti DIA tergantung di kayu salib. Sungguh!!! Untuk itu aku hanya bisa memohon kepada-Nya agar aku boleh menjadi berkat untuk sesama demi kemuliaan nama-Nya serta menjadi sebuah lilin yang boleh menerangi dimana kegelapan itu ada. AMIN !!!

Posted on 13.12

How To Beat God's Heart

Filed Under () By Jed Revolutia di 13.12

Pre-reading: 1 & 2 Samuel

Recently, I did a study on the life of David. God said that David was “a man whose heart beats to my heart (Acts 13:22)” and even Jesus, The Messiah, is oftentimes referred as “The Son of David” in the scripture. Long after the death of David, the memory of this charismatic shepherd-king still remained in mind of God and the people of Israel. What so special about David that make him dearly to the heart of God? Is it a coincidence that the name ‘David’ in Hebrew literally means ‘The Beloved’? What had made God fallen in love with David despite his failures and weaknesses?

I finally found a glimpse of answer as I read the second book of Samuel chapter nineteen:

But in private Joab rebuked the king: "Now you’ve done it—knocked the wind out of your loyal servants who have just saved your life, to say nothing of the lives of your sons and daughters, wives and concubines. What is this—loving those who hate you and hating those who love you? Your actions give a clear message: officers and soldiers mean nothing to you. You know that if Absalom were alive right now, we’d all be dead—would that make you happy?


So, David loves those who hate him, even to the degree that it seems that he hates those who love him. David has the heart of Abba, loving both good and bad people at the same time. Jesus said of His Abba: “This is what God does. He gives his best—the sun to warm and the rain to nourish—to everyone, regardless: the good and bad, the nice and nasty. If all you do is love the lovable, do you expect a bonus? Anybody can do that. If you simply say hello to those who greet you, do you expect a medal? Any run-of-the-mill sinner does that. In a word, what I’m saying is, grow up. You’re kingdom subjects. Now live like it. Live out your God-created identity. Live generously and graciously toward others, the way God lives toward you.” (Matthew 5)

God is love and God loves everybody. He loves both saints and sinners because it is His nature to love. When God ceases to love, it means that God ceases to be Himself. God can’t ‘can’t love’ because He himself is love. The Bible says that Abba loves and gives to everyone, regardless how good and evil they are. God’s love to us is unconditional. He loves us when we keep his word and when we don’t keep his word. God is always consistent in his nature. There is no evil in Abba.

The sad fact is that not everybody wants to accept Abba’s love. They would prefer to make walls around themselves so that they are not loved by the Lamb and Lion of Judah. This is very clear in the story of the prodigal son. The eldest child always lives with his father and tries so hard to please the father, but he never comes to the heartbeat of his father. He is close physically, but emotionally he is more distant to the father than the youngest son. He is the prototype of people who lives a selfish life and refuses to love even his father. His motive is to get rid of the father and get the whole inheritance, but he’s doing it trickily. The younger brother also has the same motive but he is doing it without hypocrisy. He is what he is, a rebellious son. The father can see the beloved in both of his son because he is a loving father, but only one of them can accept the fact that he is the beloved, while the other one complains why he has never been loved.

David can see the beloved in everyone he meets, friends or enemies. He loves them all. But the so-called friend like Joab and his brothers are not actually real friends. They did everything for themselves, covered their motives, and never really listened to what David has said. That’s why David replaced his army commander from Joab to Amasa after the Absalom’s incident. Joab, just like the eldest child in the parable, complained why he has never been loved by David. He refused to be the beloved.

Jesus can also see the beloved inside the prostitutes and the tax collectors. He can even see it inside the Pharisees and the Sadducees, but they refused to be recognized as the beloved. They believe that by their own efforts, they have attained the right standing with God. They reject the idea of Abba’s grace because they knew it will make all their religious activities to be unnoticed. They will be in the same banquet with the people whom they regarded as spiritual nobodies if they accept the invitation from the Son of Man. It is their pride in outward part of the cup that make them unfit for the kingdom of God. The eldest son can never fathom the mystery of Abba’s grace to the prodigal son, whom his father considers as the beloved.



Jesus said that if we loved him, we would keep his word. He was actually saying that a beloved would love to do everything that pleases God, but it didn’t mean that everybody who did the law of God was the beloved. What made the difference was in motives of the heart. The hypocrites do the things of God in order to show off that they are 'somebody', while the sinners do the things of God to show to God their gratitude of being forgiven and recognized as the beloved.

In order to be the beloved, all we have to do is to have faith in God’s love. Paul Tillich said that faith is the courage to accept acceptance. We must let Abba loves us in our brokenness. After we accept our identity as Abba’s beloved, we will naturally show our gratitude by loving God and people around us. When we love God, we will naturally keep his word and live in love. We will be able to see other people as the beloved and started to love our enemies. We become the beloved when ‘be Jesus’ and not ‘play Jesus’ to other people around us.

All scriptures quoted are taken from The Message Holy Bible by Eugene Peterson.