Dua minggu lalu, ketika saya menggunting-gunting karton buat prakarya sekolah minggu, guru kepala di kelas saya mendatangi meja tempat saya menggunting dan bertanya, "Ini buat Jumat atau Minggu ya?"
Dan setelah guru tersebut lewat, saya bertanya ke teman saya, "Emangnya kita ada apa minggu ini, koq Jumat ada kebaktian segala?"
Dan itu adalah pertanyaan yang setengah saya sesali, karena pertanyaan tersebut agak-agak menjatuhkan martabat saya.
"Lho Minggu besok kan paskah, nanti Jumat kan Jumat Agung!"
Doeng. Saya lupa! Asli lupa. Lupa kalo ada Paskah. Lupa kalo sebelom paskah ada Jumat Agung. Lupa kalo gereja merayakan dua hari itu.
Cuman satu hari raya kristen yang paling saya ingat, yaitu.. natal. Siapa yang ngga? Siapapun tau natal. Ada pohon natal, coklat, salju, sinterklas, dll yang fancy-fancy. Semua orang suka natal. [Saya percaya bahwa seseorang mengalami 'kelainan' ketika dia tidak menyukai natal :P Natal gitu lho!] Walaupun kalo mau dipikir lebih jauh, hari raya terbesar buat orang kristen bukanlah natal, tapi paskah, karena paskah adalah lambang kemenangan dimana Yesus bangkit mengalahkan maut. Dulu saya diajarin kayak gitu. Walaupun setelah besar saya ngga terlalu setuju juga sih, karena bagaimana pun paskah tidak bakal ada kalau tidak ada natal. Masalahnya bagaimana Yesus bisa bangkit kalau dia tidak pernah dilahirin?
Bicara tentang paskah, sebenernya tidak banyak hal yang mau saya omongin secara pribadi. Abisnya buat orang kayak saya yang tidak terlalu menghargai event, saya tidak menganggap hari-hari raya sebagai sesuatu yang istimewa. Kalau pun saya menyukai natal, itu dikarenakan attribut-attribut natal yang saya sebut tadi. Kalau mengenai Yesus lahir di kandang domba, saya punya jawaban, "Sori ya, gua ngga perlu natal buat menghargai Yesus lahir ke dunia." Dan paskah buat saya sama saja, tidak terlalu spesial. Apalagi menurut saya, kelinci dan telur paskah ngga se-fancy salju, pohon natal, coklat, dan film-film natal :P
Bahkan di jaman dahulu kala, saya selalu menghindari kebaktian-kebaktian natal dan paskah. Masalahnya di waktu-waktu tersebut, orang-orang kristen 'kapal selam' bermunculan, memenuhi bangku-bangku gereja sampe penuh sesak. Gereja yang biasanya 'adem ayem' tiba-tiba jadi mirip kalengan ikan. Saya pun bete.
Sekarang sih saya agak berubah. Saya merasa, sebagai orang kristen yang sudah cukup malang-melintang di gereja, dan menjadi bagian dari komunitas suatu gereja, sudah sepantasnya saya datang. Dan saya berpikir jawaban 'males ah ke gereja abisnya rame banget' udah bukan jawaban yang pantes saya kasih ke orang-orang awam.
Dan lalu, hari minggu kemaren, saya mengikuti kebaktian paskah. Dan sebenernya saya tidak berharap banyak, mengingat kayaknya pesen kotbah pas paskah.. yah itu-itu juga.. Yesus bangkit mengalahkan maut, what else? Tapi ternyata, entah saya yang kebanyakan bolos pas kebaktian paskah, atau saya yang norak, saya bener-bener menyukai kotbah yang dibawakan oleh pastor saya.
Biarpun saya telat sedikit.
Dan biarpun beberapa bagian kotbah yang saya skip.
Ada dua hal yang mengena untuk saya dari kotbah paskah kemaren. Satu adalah mengenai kematian, dan kedua adalah mengenai harapan.
Tentang kematian...
Bagi saya yang baru saja ditinggalkan ayah selamanya, kematian tiba-tiba menjadi suatu issue yang tiba-tiba menggangu pikiran saya. Bukannya saya tidak pernah memikirkan kematian, seringkali bahkan, tapi jujur hati saya selalu menghindari topik tersebut. Karena kematian terasa.. kelam, menakutkan, dan.. jauh. "Tokh, saya belum akan mati", itu pikir saya. Walaupun secara logika saya menyadari semua manusia akan mati, tokh membayangkan saya mati adalah hal yang sulit. Dalam hati, saya percaya jalan hidup saya masih panjang. Saya tidak akan mati, yang pasti tidak sekarang, tidak dalam waktu dekat.
Saya berpikir begitu, hingga pagi 17 Maret 2007 itu datang. Dimana datang berita bahwa ayah saya sudah meninggal. Mendengar berita itu, saya histeris dan berteriak tidak percaya. Ibu saya menangis menjadi-jadi. Pagi itu serasa gila.
Dan hari-hari selanjutnya berjalan gamang...
Momen tersebut menghadapkan saya pada kenyataan, kematian tidak sejauh yang saya kira. Kematian memang kadang bertamu tiba-tiba.
Saya takut. Saya takut membayangkan bagaimana ayah saya berjalan melewati alam akhirat. Seperti apa alam baka? Apakah dia diadili? Bagaimana pengadilan untuk orang bukan percaya? Apakah dia akan baik-baik saja?
Selama ini kematian merupakan alam yang kelam buat saya, walaupun selama ini saya diajarkan bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan karena Yesus membayar harga, tetap saja kematian adalah sebuah misteri yang tidak dapat digali. [Jujur saja, saya tidak percaya dengan buku-buku tentang surga dan neraka yang kadang-kadang dijual di toko buku. Tidak ada sinkronisasi, tidak tahu mana yang bisa dipercaya.] Hal yang tidak kita ketahui selalu membuat kita merasa takut. Begitulah kematian bagi saya.
Dan paskah menunjukkan bahwa Yesus berjalan melalui kematian. Dan Dia menunjukkan Dia menang. Selama ini hal tersebut tidak terlalu berarti buat saya. 'Tidak berarti' dalam arti saya tidak mampu menghayati. Entah ya, kadang-kadang banyak hal di dunia yang harus kita alami sendiri baru kita mengerti, hal tersebut tidak mampu dipelajari hanya dengan logika bahkan kebijaksanaan. Namun setelah kematian ayah saya, saya... saya ngerti kenapa Yesus mau repot-repot mati... karena dia harus memberi bukti agar orang-orang mengerti, bahwa kematian tidak perlu ditakuti walau memang harus dihadapi.
Walaupun kebangkitan Yesus sudah lebih dari 2000 tahun lalu.
Walaupun Yesus bangkit atau tidak sebenarnya kita juga tidak tahu.
So, berbahagialah mereka yang percaya, walaupun tidak melihat.
[Ketika saya menulis ini, saya masih tidak mampu berkata saya tidak takut mati. Karena kematian tidak pernah saya alami sendiri, sehingga ia tetaplah misteri. Dan saya masih ingin hidup, saya masih punya mimpi. Hanya saja, karena peristiwa kematian ayah saya, saya mampu lebih menghayati arti kebangkitan Yesus dari alam kematian.]
Dan satu lagi, ini adalah tentang harapan..
Pastor saya bilang, kurang lebih (tambal sulam pake kata-kata sendiri), saya akan buat ini simpel : "There is no darker day in human race history than the day when Jesus died. It was bad Friday - now we call it Good Friday. That time, hope was wiped away. Cuz everything seemed dark. Jesus died, meaning he defeated. But one thing, he was risen on Sunday. No matter how dark Friday seems, Sunday is coming. No matter what difficult and bad circumtances you are facing right now, God loves you and He will help you through."
Saya merasa, banyak hal dalam hidup ini yang membuat saya discouraged. Saya membutuhkan penghiburan, kekuatan, dan harapan. Kebangkitan Yesus, melambangkan pengharapan.
No matter how dark Friday seems, Sunday is coming.